Beranda Opini

Menjadi Guru Produktif Selama Pandemi dengan Menulis Artikel Populer di Media Massa

Menjadi Guru Produktif Selama Pandemi
Ilustrasi (Alexandra_Koch/Pixabay)

Masa pandemi hingga kini belum juga usai. Semakin hari jumlah kasus positif masih mengalami peningkatan. Hal ini menjadi dasar bagi pemerintah untuk masih memberlakukan pembatasan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Tak terkecuali bidang . Sekolah yang sejatinya pada awal semester genap direncakanan akan mulai diberlakukan pembelajaran secara tatap muka, kembali harus menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan moda daring. Semua dilakukan dengan untuk memutuskan mata rantai penyebaran covid-19, agar pandemi ini segera usai.

Selama berlangsungnya kegiatan PJJ, guru tidak harus pergi ke sekolah, kegiatan mengajar bisa dilakukan dari rumah masing-masing. Hal ini tentunya membuat guru banyak waktu untuk bisa melakukan pengembangan diri. Selain belajar untuk bisa membuat bahan ajar ataupun mengelola pembelajaran secara online, guru juga bisa mengisi waktu dengan kegiatan menulis. Menulis menurut penulis adalah keterampilan dalam menuangkan gagasan, pikiran dengan merangkai kata menjadi kalimat yang memiliki arti. Jadi, menulis itu adalah suatu keterampilan, sehingga dapat dilatih secara terus menerus sehingga menjadi semakin mahir dan terampil.

Kegiatan menulis tentunya bukan hal asing bagi seorang guru. Dalam keseharian menjalankan tugas, menulis sudah tentu menjadi keseharian seorang guru, seperti menulis bahan ajar, menulis rencana pelaksanaan pembelajaran, ataupun  menulis komentar untuk tugas-tugas siswa. Dengan kemampuan dasar menulis yang dimiliki guru, sesungguhnya guru dapat mengembangkan kemampuan menulis yang tidak hanya berkaitan dengan materi pelajaran dan kegiatan belajar mengajat (KBM) saja. Beberapa telah memberikan ruang khusus berbentuk opini guru untuk memberikan kesempatan pada guru menuangkan ide, gagasan, atau opini melalui sebuah tulisan.Kesempatan ini dapat dimanfaatkan guru untuk mengembangkan kemampuan diri dengan segera memulai menulis dan mengirimkan artikel sebanyak-banyaknya ke media massa.

Dalam menulis, seorang guru sejatinya memiliki bahan yang  banyak yang dapat dituangkan dalam sebuah tulisan. Pengalaman dalam mengajar, permasalahan dan tantangan dalam pembelajaran, penggunaan media ataupun model pembelajaran ataupun hal-hal yang unik yang ditemui saat berinteraksi dengan peserta didik, sisi-sisi kehidupan seorang guru, situasi pendidikan terkini, masalah seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, seks yang dikaji dari sudut pandang pendidikan juga dapat juga dijadikan bahan tulisan. Dengan bahan tulisan tersebut, sebetulnya bukanlah hal yang sulit bagi seorang guru untuk menulis. Kesulitan menulis biasanya terjadi di awal, jika sudah memulainya, maka ide akan mengalir begitu saja dan tertuang menjadi sebuah tulisan.

Langkah pertama apabila akan memulai menulis adalah menentukan tema, kemudian mengembangkan ide. Selanjutnya menuangkan ide atau gagasan dalam pikiran ke dalam tulisan sesuai dengan tema yang diinginkan. Mulailah menuangkan ide dan merangkainya menjadi kalimat demi kalimat. Ketika ide sudah mulai tertuang menjadi sebuah tulisan, menulislah terus dengan tidak terlalu sering mengedit. Mengedit sebaiknya dilakukan ketika tulisan itu selesai dikerjakan dan sebelum kita publish. Apabila kita terlalu sering mengedit saat ide mengalir dari pikiran, maka justru ide akan menjadi tidak lancar mengalirnya karena kita akan terfokus mencari alur dan memilih kata-kata karena terlalu ingin menghasilkan tulisan yang sempurna. Kita bisa dibuat berhenti menulis karena bisa saja tulisan tidak sampai pada akhir penulisan dan ide terhenti begitu saja.

Jika semua ide dirasa sudah tertuang dalam tulisan, barulah kita mulai mengedit tulisan yang telah kita buat. Bacalah berulang kali hingga tulisan yang kita buat sudah benar-benar sesuai dengan tema yang kita inginkan. Jika sudah selesai, kita bisa mempublikasikan tulisan kita dengan mengirimkannya ke nedia massa. Membuat sebuah tulisan yang layak diterbitkan di media massa memang bukanlah hal yang mudah.  Penyampaian ide perlu dilakukan secara sistematis dan terstruktur sehingga tulisan yang dibuat mudah untuk dibaca. Tidak hanya itu, bahasa yang digunakan pun sebaiknya lebih komunikatif dan mudah dicerna atau dipahami oleh khalayak. Selain itu, pemilihan tema juga sangat berpengaruh, tema-tema yang sedang hangat dan kekinian umumnya lebih diutamakan. Jika tulisan yang kita buat, kemudian kita kirim ke media, namun tidak berhasil terbit, itu bukan berarti tulisan kita tidak bagus, tetapi umumnya setiap media memiliki kriteria tersendiri dalam pemilihan artikel yang akan mereka tayangkan.

Tidak mudah menyerah, itulah kunci dalam menulis artikel yang akan dikirimkan ke media massa. Memang pada umumnya jika baru pertama kali kita mulai menulis kemudian tulisan kita ternyata tidak publish di media yang kita tuju, kita akan merasa kecewa. Namun, hal tersebut jangan lantas dijadikan alasan untuk kemudian berhenti menulis. Terus berlatih menulis dan rajin membaca artikel-artikel yang terbit di media massa, dengan sendirinya akan membuat tulisan kita menjadi semakin matang. Dalam pengiriman artikel, jangan hanya terpaku pada satu media saja, ada banyak media yang menerima tulisan hasil karya guru, cobalah kirim tulisan ke beberapa media. Jika berhasil publish itu akan memacu semangat kita untuk semakin giat menulis.

Menulis artikel di media massa bagi guru tentulah sangat banyak manfaatnya. Selain sebagai sarana untuk pengembangan diri, dalam penilaian angka kredit bagi guru PNS, artikel yang dimuat di media massa mendapat poin 2, itu apabila dimuat  di media tingkat provinsi mendapat poin 1,5. Bahkan di beberapa media tertentu, karya tulis yang berhasil publish akan mendapat honorarium, tentunya ini juga dapat menambah penghasilan bagi seorang guru.  Di masa pandemi, di tengah segala pembatasan yang masih diberlakukan, menulis dapat menjadi nutrisi bagi otak. Bagi seorang guru yang harus membimbing siswa-siswinya, otak yang ternutrisi dengan baik, akan membuat seorang guru menjadi lebih kreatif. Guru yang kreatif akan memacu terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan.

Yulia Enshanty, S.PdPenulis: Yulia Enshanty, S.Pd (Guru Geografi SMAN 1 Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)