Humas di Tengah Masyarakat Multikultural dan Masa Pandemi

Humas di Tengah Masyarakat Multikultural dan Masa Pandemi
Ilustrasi (Pixabay)

Pelitabanten.com – Humas yang merupakan sebuah seni untuk menciptakan good will sehingga bisa memperdalam tingkat kepercayaan publik terhadap perusahaan maupun pemerintah. Untuk dapat melaksanakan fungsinya yaitu menyediakan penerangan dan melaksanakan persuasi kepada publik serta menuntun sikap dan tingkah laku publik agar sesuai dengan yang diharapkan tentul bukanlah tugas yang dikatakan ringan.

Teknologi memacu pada terwujudnya globalisasi, dan bersama-sama mereka telah mengubah hidup kita selamanya. Kita dapat mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat global multikultural. Hal tersebut tentunya memberikan dampak  pada budaya, kehidupan dan perilaku manusia dalam berbagai konteks. Dengan kemajuan teknologi saat ini membuat interaksi dan komunikasi antarmanusia sangat mudah dilakukan. Namun demikian, perbedaan latar belakang budaya berpotensi menimbulkan kesalahpahaman. Pada masyarakat modern dengan kondisi multikultural seperti saat ini sangat kompleks. Hal ini dikarenakan kemudahan interaksi berbagai budaya yang mengakibatkan munculnya budaya baru yang semakin plural. Oleh karena itu memahami cara berkomunikasi yang baik bagi seorang humas sangatlah penting.

Covid-19 yang telah menerpa sejak maret 2020, namun hingga saat ini belum terlihat ada titik terang untuk lepas dari pandemi. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seperti PSBB, lockdown, era new normal dan digalakkannya operasi yustisi pun belum mampu menekan angka kasus. Yang terakhir adalah pro dan kontra terkait efektivitas vaksin sinovac yang akan segera diberikan kepada masyarakat di Indonesia. Hal ini tentu semakin menambah keresahan masyarakat dalam kondisi pandemi yang tak kunjung usai.

Humas sebagai praktik komunikasi strategis kontemporer, yang bertanggung jawab atas pengelolaan hubungan antara pemerintah dan publik yang diharapkan dapat menuntun perilaku masyarakat sesuai kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Namun, pemberitaan tentang kebijakan pemerintah yang berubah-ubah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan dan menilai bahwa pemerintah belum mampu menangani kondisi pandemi ini dengan baik. Untuk itu, setidaknya terdapat prinsip-prinsip utama yang harus dilakukan oleh humas untuk dapat merangkul masyarakat yaitu :

Keterlibatan Humas dalam Manajemen Strategis

Dengan terlibat dalam manajemen strategis, humas akan lebih mengerti dan memahami proses pemerintah dalam merumuskan, mengimplementasikan serta turut dalam evaluasi suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini tentu sangat membantu humas untuk dapat mengkomunikasikan kebijakan tersebut kepada masyarakat dan dapat memberi klarifikasi yang lebih terarah atas respon pro kontra dari masyarakat.

Fungsi Humas Terintegrasi

Humas memiliki peran penting dalam memberi informasi kepada publik terkait kebijakan pemerintah. Dan fungsi ini juga haruslah terintegrasi dengan manajemen atau lembaga lain dalam pemerintah agar dapat saling menunjang dan bersinergi dalam mencapai tujuan. Tentunya ini akan lebih menyokong eksistensi humas.

Peran Praktisi Humas

Adanya praktisi humas dapat bertindak sebagai komunikator maupun mediator yang akan membantu pemerintah untuk mendengar apa yang diharapkan dan diinginkan oleh publik sehingga kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah akan lebih optimal dalam implementasinya.

Sistem Komunikasi Internal yang Simetris

Komunikasi internal antara humas dan seluruh badan maupun lembaga pemerintah tak kalah penting. Untuk mencapai tujuan bersama, dalam hal ini terkait implementasi kebijakan pemerintah tentu dibutuhkan sistem komunikasi internal yang simetris agar masing-masing pihak dapat memiliki kesamaan persepsi. Dengan komunikasi internal yang simetris itu juga berarti membangun dan menjaga hubungan dengan semua publik.

Model Humas Simetris Dua Arah

Model simetris dua arah diharapkan menjadi cara ideal bagi pemerintah dalam menyampaikan kebijakannya sehingga masyarakat dapat turut serta berpartisipasi dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut secara lebih optimal. Dalam model ini tentunya konflik yang muncul dapat diatasi oleh humas dengan komunikasi timbal balik.

Ari ListianaPenulis: Ari Listiana (Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret)