Beranda Budaya

KOTOR

KOTOR
Foto: Ilustrasi - Istimewa

Pelitabanten.com – Kemarin adalah hari minggu, aku yang kini berumah tangga tentunya harus menjadikan hari minggu sebagai hari yang sangat berharga bagi diri dan istriku, terlebih senin hingga jumat Aku harus bergelut menghabiskan waktu di kantor, otomatis kebersamaan waktu keluarga bagi kami hanya ada di hari sabtu-minggu sedangkan sabtu kemarinpun Aku harus bergelut mengerjakan tugas kantor yang belum usai.

Kebersamaan minggu ini aku habiskan dengan memasak bersama istri, mencuci baju, membersihkan rumah, dan menonton TV. Sore harinya Aku berencana menghabiskan sore dengan belanja kebutuhan rumah tangga bulanan beserta Istri, kami memutuskan untuk pergi ke sebuah supermarket yang terletak 15 menit perjalanan dengan menggunakan motor Scoopy kesayangan kami.

Selepas solat Ashar, Aku dan Istri berangkat dengan suka cita, kami berbelanja beberapa kebutuhan. Sambil berbelanja, kami tak sekalipun lepas bergandengan tangan dan selalu dibumbui dengan canda segar  yang membuat dunia seakan milik kami berdua.

Setelah trolli belanjaan dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan, kami menyudahi belanja dengan membayar di kasir. Saking asyiknya berbelanja, kami tak menyadari bahwa di luar tengah hujan, akhirnya kami menunggu hujan reda, karena tak ingin basah kuyup tiba di rumah dengan scoopy kami.

Menunggu beberapa lama, akhirnya hujanpun reda. Jalanan kini becek dan beberapa bagian digenangi air, karena tak ingin kehabisan waktu maghrib, kami memutuskan untuk pulang dan berkendara di jalanan becek. Selama perjalanan beberapa kali kami melalui genangan air dan cipratan kendaraan yang melaju kencang di samping kami. Walhasil motor dan baju kami basah dan kotor, dengan sedikit kesal, Aku melontarkan gumalannya dengan keras “Baru saja kemarin motorku bersih dicuci, sekarang sudah kotor lagi berlumuran lumpur, kalau tahu begini mendingan kemarin gak usah dicuci saja, bikin buang-buang uang saja…!!!”.

Mendengar hal itu, Istriku tersontak, dengan kelembutan dan penuh pengertian ia berusaha menenangkanku “Sabarlah sayangku, jangan marah-marah begitu…”.

“Tapi kan kesal, baru aja kemarin dicuci sekarang sudah kotor begini… “. Ujarku masih cukup kesal bahkan menambah kecepatan laju motor.

“Sayangku… tenanglah… kurangi kecepatan… biar kotor yang penting selamat..!!” kali ini istriku memeluk erat perutku yang gendut, berusaha untuk menenangkan, sesekali ia usap lembut perutku.

“Biarkan… supaya motornya sekalian bersih kena cipratan air yang kita terjang….” Kali ini Aku sengaja menerjang genangan air di sepanjang jalan, sesekali terjangan air itu menyipratkan air ke motor lain yang melaju di sampingnya.

“Suamiku sayang, kasihan itu orang tadi kena cipratan air motor kita.. Sayang, tak ada ruginya kita mencuci motor kemarin, Toh kita sempat seharian merasakan motor kita bersih, dan bukankah besok kita bisa mencuci kembali motor kita yang kotor..”“tapi kan kita harus mengeluarkan uang lagi…” ujarku masih kesal namun mulai melambatkan motor.

“Anggap saja uang itu adalah sedekah dari kita untuk tukang cuci motor, biarlah mereka menikmati musim panen saat di musim penghujan ini, toh mereka memang telah bekerja dengan jalan yang halal. Coba bayangkan kalau ternyata usaha cuci motor mereka tidak laku, jangan-jangan mereka akan mencari jalan lain mencari rezeki, dan bisa jadi mereka malah memilih jalan yang tidak halal dalam mencari rezeki…”

“ya.. ya….” Aku hanya bisa menjawab singkat dari paparan panjang istriku. Namun kini Aku mulai mengendarai motornya dengan santun.

“Sayangku, Motor bersih lalu kotor itu ibarat diri kita yang awalnya bersih kemudian menjadi kotor akibat menapaki perjalanan dalam hidup. Maka jangan pernah sekalipun kesal dengan hal itu, bersabarlah dan terus menerus membersihkan diri. Sesering apapun motor kita kotor, maka kita harus lebih sering membersihkannya, jangan pernah bosan akan hal itu, karena Tuhan sangat sayang pada hambanya yang selalu senantiasa membersihkan diri dari segala kekotoran perilaku dunia. Dan sayang, kita setiap hari makan beberapa kali, tapi toh kita selalu lapar lagi, dan tak pernah berhenti untuk makan untuk mengobati rasa lapar kita, seperti itupulalah hidup kita yang harus selalu membersihkan diri, jangan pernah berhenti.. kotor ya harus segera dibersihkan, seperti lapar yang harus selalu kita makan….”

Ucapan Istriku menghantarkan kami tiba di gubuk kecil kami yang nyaman, kami bergegas shalat maghrib untuk membersihkan kekotoran diri kami. Aku mengecup lembut pipi sang istri selepas shalat sebagai rasa terima kasih atas nasihat yang sedemikian mengena di hatinya.

Oleh: Abdul Latief, WTS

WTS: Writer Trainer Speaker. Penulis telah menerbitkan beberapa buku dan aktif di pengembangan sumber daya manusia, training public speaking, leadership, managemen, motivasi, dan beragam program lainnya bagi termasuk menyemai pengembangan para pelajar dan mahasiswa di Banten dengan program Early Leadership dan Early Motivaton.

follow twitter: @pondok_harmoni

Instragram : @abdullatiefku & @harmonydailyquotes