Pelitabanten.com – Berbicara tentang dzikir, sangat luas cakupannya. Bila ditilik dari sisi bahasa, Dzikir bermakna ingat/mengingat, menyebut bahkan bisa bermakna memanggil. Sedangkan secara Istilah, dzikir bermakna mengucapkan kata-kata tertentu atau lafadz-lafadz tertentu sebagai ibadah kepada Alloh SWT.
Mungkin pada setiap agama dan keyakinan dikenal istilah dzikir. Karena disaat melakukannya, dzikir muncul spontanitas dari adanya unsur iman. Menurut agama Islam, dzikir yang biasa seseorang lakukan adalah untuk mengingat sang Maha Kuasa sebagai bentuk kecintaan dan keakraban dengan Nya, menggunakan lafadz-lafadz tertentu untuk mendapatkan keridhaan Nya.
Dzikir tidaklah selalu indentik dengan mengucapkan kalimat-kalimat atau kata-kata tertentu yang sudah baku dan biasa seseorang amalkan. Namun bisa disebut pula dengan dzikir diantaranya dengan memperbanyak baca Alquran, membaca doa dan amalan-amalan soleh lainnya. Sehingga dzikir bisa bermakna lebih luas dari hanya sekedar mengucapkan dan melantunkan lafadz-lafadz tertentu. Dari sini makna dzikir berkembang menjadi sebuah perbuatan. Adanya gerakan yang mengandung unsur kebaikan. Dengan demikian, bahwa dzikir adalah kebaikan seseorang secara lisan dan perbuatan sekaligus untuk mendapatkan ridha Alloh SWT.
Selain motivasi mencari keridhaan Nya, dzikir pula bisa dilatarbelakangi oleh adanya sifat manusia yang kadang ‘lupa’.
Menurut sebuah hadist, bahwa lupa dan lalai menjadi salah satu sifat manusia. Karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Adanya hal lupa pada diri seseorang adalah yaitu lupa akan mengingat Tuhannya. Sehingga ia mudah melakukan kemaksiatan kepada Alloh SWT. Maka ketika seseroang berdzikir, dapat dipahami bahwa akal dan pikirannya kembali normal. Yaitu terhindar dari perbuatan munkar.
Untuk itu, normal dan sehatnya akal seseorang bergantung pada ingatnya kepada Alloh SWT. Dengan kata lain, bahwa seseorang yang melakukan dzikir, menunjukkan agar ia tidak mudah lupa kepada Nya dan menjadikan Dzat Nya agat tertanam kuat di dalam hati. Maka untuk menjaga kekosongan hati, agar tidak mudah lalai dan lupa, dzikir menjadi salah satu solusinya.
Bila dzikir ini diniatkan untuk Alloh SWT, maka yang myncul dari tindakan dzikir ini adalah adanya rasa tenang dan nyaman. Karena seseorang yang berdzikir karena ia beriman, dan orang yang beriman senantiasa memiliki hati yang tenang dan nyaman. Semakin ia banyak menyebut Alloh SWT di dalam hatinya, maka semakin besar kecintaannya kepada Sang Khaliq.
Tak ubahnya seperti sepasang manusia yang sedang dirudung asmara, akan mudah sekali untuk mengingat pasangannya. Tiap waktu hanya diisi dengan untaian nama sang kekasih. Malam selalu terbayang wajahnya dihati. Sesibuk apa pun sang kekasih selalu terasa hadir di sisi menemani. Begitu dekatnya rasa kehadiran sang kekasih hingga terkadang lupa untuk beraktivitas yang lain selain menjalin hubungan istimewa dengannya walaupun hanya dengan mengingat dan menyebutnya. Semakin sering menyebut nama sang kekasih dan menorehkannya di hati dan kertas, akan semakin terasa kehadiran sosoknya. Hingga kenikmatan ‘dzikir’ seperti itu seakan-akan dapat memberikan ketenangan di dalam hatinya.
Tentunya, sebutan dan panggilan yang paling disukai oleh pasangan adalah menjadi senjata ampuh bagi pasangannya untuk menjerat sang kekasih tetap berada dalam cengkramannya. Panggilan kesayangan seperti “ Aa, Abang, Sayang, My Honey, sayangku dan lain sebagainya adalah diantara sekian contoh untuk memanggil nama pasangannya dengan panggilan yang paling disukai hanya sekedar untuk mengingatnya.
Akan marah besar jika pasangan memanggil dengan nama-nama yang sangat dibenci dan tidak di sukai oleh pasangannya. Sungguh nikmat dan indah hidup ini jika demikian adanya. Hari-hari dipenuhi dengan perasaan yang bahagia dan senang. Kebahagiaan yang serasa selalu menyertai dalam setiap aktivitas. Senyum sumringah akan selalu tampak di setiap kesempatan. Hati yang berbunga-bunga pasti didapatkan di saat berjumpa dengan sang kekasih.
Demikian pula, seseorang yang menjadikan Allah sebagai kekasihnya akan dibuktikan dengan hiasan dzikir setiap saat. Dzat Nya akan selalu ditanam kuat dalam hati. Bibir akan selalu dibasahi dengan menyebut Asma-asma Nya. Kecintaannya kepada Allah melebihi kecintaannya kepada hal apa pun juga. Berbagai fasilitas dan cara akan dilakukan jika dapat menghantarkannya untuk bisa lebih dekat lagi dengan Allah SWT.
Allah telah menyediakan panggilan kesukaan Nya sebanyak 99 nama bagi setiap hamba-hamba Nya. Maka jika ada dari seluruh hamba-hamba Nya yang selalu membasahi bibir dan hatinya dengan ungkapan asma-asma Nya, maka Allah sangat senang dan bahagia dengan perbuatannya tersebut. Ia adalah Dzat yang paling senang jika banyak hamba-hamba Nya yang selalu mengingat dan menyebut Nya setiap saat. Hendak tidur selalu menyebut asma Nya, hendak makan, minum, keluar rumah, masuk mesjid bahkan sampai berhubungan suami istri pun menyebut Asma Nya menjadi sebuah keharusan bagi setiap mukmin. Dan hal apa pun, baik ucapan mau pun perbuatan, jika mengandung asma Nya adalah termasuk bagian dari dzikir.
Jelaslah, semua itu agar kehadiran Dzat Nya selalu ada di setiap saat dan mengharap keridhaan Nya. karena perbuatan dan pekerjaan yang diawali dengan menyebut Asma Nya akan mendapatkan sesuai harapan. Dan Allah lah dibalik semua itu sebab dzikir yang diucapkan dalam hati atau pun di lisan.
Untuk itu, bahwa Kadar Dzikir yang terendah adalah cukup dengan mengingatnya di dalam hati tanpa adanya penyebutan secara lisan sama sekali. Maka hati adalah sebagai pusat dari berdzikir. Sedangkan penyebutan atau pengucapan merupakan bentuk kecintaan yang mendalam, sehingga konsentrasi dalam berdzikir diringi dengan hati dan sikap.
Dalam Alquran Allah SWT telah berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” ( QS Al Baqarah: 152 ).
Keinginan untuk lebih dekat kepada Allah hendaknya datang dari hati manusia sebagai makhluk ciptaan Nya. Keinginan yang kuat itulah yang menjadikan dasar manusia mampu konsentrasi penuh untuk mengingat Nya. Namun sebagai Dzat yang Maha Tinggi, Allah lebih membuka diri untuk bisa dekat kepada hamba-hamba Nya dengan berbagai macam iming-iming. Yaitu bagi mereka yang berusaha untuk lebih dekat kepada Nya akan dibalas dengan imbalan yang besar, yaitu surga, pahala yang melimpah dan anugerah yang tiada terkira serta lindungan yang diberikan Nya secara terus menerus.
Allah akan menjamin kehidupan setiap hamba-hamba Nya yang dekat dengan Nya. Sedikit pun manusia tidak akan dirugikan dengan banyak berdikir kepada Allah SWT. Namun ingatlah, bahwa dalam sejarahnya manusia lebih banyak lalai dan sedikit sekali yang mengingat Nya. Hanya pada saat-saat tertentu manusia akan mudah ingat kepada Allah SWT, yaitu dikala dirudung masalah dan musibah akan cepat ingat kepada Nya. Namun dikala mendapatkan nikmat dan anugerah atau kesenangan dan kebahagiaan, manusia lebih banyak lupa dan lalai untuk mengingat kebesaran Allah SWT. Hal inilah yang telah dilukiskan oleh Allah SWT di dalam Alquran sebagaimana berbunyi:
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
إِلا الْمُصَلِّينَ
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,”
“dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.”
“kecuali orang-orang yang mengerjakan salat”
“yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya.” ( QS Al Ma’arij: 19 – 23 ).
Pada saat yang genting dan terdesak itulah manusia akan ingat siapa yang harus disembah dan dijadikan sebagai tempat memohon dan menggantungkan. Untuk itu, pada ayat yang ke 23 Allah tegaskan, bahwa hanya dengan memalui shalat lah seseorang dapat mendapatkan sesuatu sesuai dengan harapan serta tidak bersifat licik terhadap nilai-nilai Alquran. Artinya tidak masuk kepada orang-orang yang berkategori kikir di saat dianugerahkan kebaikan dan berkeluh kesah disaat ditimpa musibah. Untuk itu dalam ayat tersebut shalat menjadi salah satu media untuk mencapai keinginan hati, yaitu mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Sebagai seorang mukmin, kita sudah mengetahui posisi dan makna shalat dalam Islam. Di mana shalat merupakan gerakan dan ucapan yang sudah ditentukan sebagai lambang menghamba kepada Allah SWT. Dengan demikian, shalat adalah tempatnya mengingat Allah SWT. Sedangkan mengingat merupakan tiada lain adalah dzikir kepada Nya. Singkatnya, banyak mengingat Allah ( berdzikir ) dapat memudahkan segala urusan, termasuk untuk menntramkan hati adalah bagian dari manfaat dzikir sebagaimana firman Nya:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( QS Ar Ra’du: 28 ).
Banyaknya cara dan media untuk berdzikir kepada Nya semakin memudahkan seseorang untuk bisa lebih dekat lagi dengan Allah SWT disamping dalam shalat. Tidak ada alasan apa pun bagi manusia untuk jauh dari Nya. Dan sekali-kali, tidak ada manusia dan makhluk apa pun dekat dengan Allah akan semakin sengsara dan berada dalam kesesatan. Namun sebaliknya, manusia yang jauhlah atau merasa jauh dengan Nya yang akan merasakan kesesatan hidup di dunia mau pun di Akhirat. Karena ia tidak medapatkan petunjuk dan lindungan Nya.
Mulailah banyak dzikir secara lisan dan hati, agar mendapatkan ketenangan dan kenyamanan di dalam mengarungi kehidupan yang fana ini. Sekali-kali, dzikir yang mendatangkan ketenangan dan kenyamanan adalah dzikir yang hanya diperuntukkan kepada Alloh SWT semata.
Penulis Artikel adalah KH Hendri Kusuma Wahyudi, Lc (Pimpinan Pondok Pesantren Al Bayyinah, Cisoka, Kabupaten Tangerang)