Pelitabanten.com – Tamu agung telah datang, hati kita sebagai umat Islam pun bergembira dan riang menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, karena di dalamnya ada malam lailatul qodr sebagai tamu yang agung di bulan itu. Dan lailatul qodar tidak akan datang menemui semua orang sekali pun orang itu mendambakannya.
Marhaban Ya Rhamadlan! Kami menyambutmu dengan kesiapan meraih maghfiroh dari-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Berkuasa.
Berpuasa pada bulan Ramadhan adalah usaha manusia sekuat kemampuannya untuk meniru sifat-sifat Tuhan. Tuhan tidak makan tetapi Tuhan memberi makan. Tuhan tidak perlu belas kasihan tetapi Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Tuhan tidak minum dan Tuhan tidak beranak atau diperanakan. Usaha manusia mencontoh Tuhan dalam kemampuannya mengendalikan tiga kebutuhan primer di atas, dan kebutuhan yang lainnya Insya Allah akan terkendali.
Pada bulan Ramadhan dengan adanya kewajiban berpuasa di dalamnya, mampu mengantarkan kita kepada bersikap dan bersifat dengan mencontoh sikap dan sifat Allah.
Manusia diciptakan dari tanah dan ditiupkan ruh Ilahi setelah disempurnakan jasadnya. Tanah mendorongnya kepada kebutuhan jasmani untuk dipenuhinya dan ruh Ilahi mengantarkannya kepada kebutuhan ruhaniyah. Tiga kebutuhan fa’ali (makan, minum dan sex) adalah kebutuhan teratas dan mempunyaia daya tarik yang kuat. Orang yang dapat mengendalikan tiga hal itu diharapkan mampu mengontrol diri pada dorongan naluriah atau nafsu lain. Maka puasa di dalam Islam bermakna menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, sebagai ruang dan waktu melatih untuk menghindari lepasnya kontrol dorongan naluri fa’ali.
Nara Sumber : Ustadz H. Saiful Bahri M. Ya’kub