Beranda Opini

Peringati May Day, Buruh Tak Harus Turun ke Jalan

Peringati May Day, Buruh Tak Harus Turun ke Jalan
Ilustrasi (ist)

Pelitabanten.com – Tak terasa kini telah memasuki penghujung bulan April, dan Mei pun sebentar lagi tiba. Pada tanggal 1 Mei 2018 nanti, seperti yang kita ketahui akan ada perayaan hari buruh nasional. Pada hari libur tersebut biasanya para buruh yang tergabung dalam sebuah komunitas telah memiliki agenda turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah.

Di tahun ini, rencana buruh untuk berdemostrasi pun agaknya tetap ada. Polisi bahkan telah memperkirakan rute yang akan dilintasi para buruh untuk berdemo. Buruh dari berbagai daerah akan berkumpul di tempat parkir IRTI Monas yang berada di Jakarta Pusat. Lalu melanjutkan perjalanan melewati patung kuda dan menuju ke gedung kementerian koordinator PMK atau Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Setelah perkumpulan akan di gelar di Taman Pandang Istana, setelah itu masuk ke Monas.

Meski begitu, sebenarnya pihak polri telah menyarankan agar pada tanggal 1 Mei buruh tidak perlu turun ke jalan. Karena di tanggal tersebut merupakan hari yang spesial bagi buruh dan dijadikan sebagai hari libur nasional. Jadi lebih baik digunakan untuk berlibur dan bersantai bersama orang-orang tersayang seperti keluarga dan teman. Pada dasarnya sebenarnya tanggal 1 Mei ini menjadi bukti dari tingginya apresiasi pemerintah terhadap buruh sehingga menjadikan May Day sebagai hari libur nasional.

Menurut Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono selaku kabid humas polda metro jaya, mengatakan sebaiknya para buruh mengunakan hari libur pada 1 Mei 2018 nanti untuk berekreasi dan memanfaatkan waktu bersama keluarga di bandingkan turun ke jalan. Namun, pihak polisi juga sudah bersiap untuk melakukan pengamanan jika akan ada demonstrasi pada May Day nanti. Pihak polisi telah menyiapkan pengalihan arus lalu lintas seandainya akan terjadi demonstrasi. Rencananya akan ada buka-tutup jalan untuk kawasan Monas, Jakarta Pusat yang menjadi tempat berkumpulnya aksi buruh.

Baca Juga:  Menuju Zikir Rupa atau Rupa Berzikir oleh Chavchay Syaifullah, Ketua Dewan Kesenian Banten

Pada May Day tahun ini diperkirakan para buruh yang turun ke jalan dan memadati jalan-jalan di Ibukota sebanyak 40 ribu orang. Untuk saat ini polisi belum menyebutkan jumlah secara pasti para personelnya yang akan melakukan pengamanan para demonstran.

Berbeda dengan di Jakarta, di daerah lain para buruh justru tidak memperingati May Day dengan melakukan aksi turun ke jalan dan memadati sejumlah titik penting jalanan. Di Medan, buruh yang tergbung dalam GAPBSI atau kepanjangan dari gabungan serikat pekerja buruh Indonesia memiliki ide baru dalam memperingati May Day.

Menurut Antony Pasaribu yang merupakan ketua GAPBSI, mengatakan pada 1 Mei nanti, GAPBSI akan berkumpul di Gelanggang Remaja Medan. Kali ini buruh akan membuat nota kesepakatan antara pemerintah dengan perjanjian MoU. Sebab penyampaian aspirasi dengan turun ke jalan kurang efektif dalam memenuhi tuntutan buruh.

Dengan adanya perjanjian yang mengikat secara hukum, pemenuhan tuntutan tersebut akan lebih efektif. Terlebih, peringatan May Day menjadi lebih kondusif karena diwakili oleh beberapa orang dan dilaksanakan di dalam ruangan. Upaya penyampaian aspirasi menjadi lebih tertib dan aman.

Berbeda halnya dengan wilayah Tangerang. Di tempat ini pemerintah setempat mendukung buruh untuk memperingati May Day dengan mengadakan berbagai perlombaan. May Day diisi dengan serangkan kegiatan voly, bermain catur, dan lain sebagainya. Ada beberapa tagline yang dibuat demi menyemarakkan acara tersebut. Seperti poster “ Daripada pusing mikirin UMK, lebih baik pikirin gimana caranya skakmat” atau kata-kata lain seperti “ Lebih baik memblok smash daripada blokir jalan”. Tagline tersebut sengaja dibuat demi mengajak masyarakat untuk melaksanakan May Day dengan kegiatan lain yang lebih tertib dan nyaman.

Baca Juga:  Opini: Aktivis Pejuang Pendidikan Nonformal

Melihat fenomena tersebut yang biasanya menjadikan May Day sebagai ajang untuk demonstrasi. Para buruh sering mengartikan bahwa tanggal 1 Mei merupakan perjuangan bagi para buruh di dalam menuntut hak-haknya yang selama ini dirasa belum terpenuhi. Selain para buruh yang sebagian besar adalah buruh pabrik, ada juga tenaga honorer yang juga ikut berpartisipasi pada May Day. Kurang lebih sama, mereka juga menuntut hak-hak yang dirasa belum dipenuhi oleh pemerintah. Pada intinya para demonstran ingin menjadikan May Day sebagai momentum untuk menyalurkan aspirasinya memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.

Umumnya tuntutan buruh dalam peringatan May Day hampir sama setiap tahunnya, yakni kenaikan upah buruh atau yang biasa dikenal dengan UMK. Selain itu, ada juga tuntutan berupa pengurangan jam kerja. Selain itu, isu yang saat ini sedang marak adalah penolakan terhadap tenaga kerja asing unskill dari China. Di saat masih banyak pengangguran di Indonesia, keputusan pemerintah di dalam merekrut tenaga kerja asing dalam proyek-proyek pembangunan memicu banyak kontra. Hal itu pula yang sepertinya akan menjadi bahasan dalam May Day mendatang.

Lalu sebenarnya, perlu kah buruh menggelar aksi turun ke jalan di setiap May Day? Jawabannya, aksi turun ke jalan pada peringatan May Day bukan lah sesuatu yang mendesak untuk dilakukan pada saat ini. Tak dapat dipungkiri bahwa aksi demonstrasi biasanya menimbulkan kemacetan dan tak jarang pula menjadi kerusuhan. Sebenarnya menyampaikan aspirasi di zaman modern sekarang ini peluangnya sangat terbuka lebar. Tidak harus dengan mengerahkan perkumpulan massa dan menggelar aksi turun ke jalan.

Baca Juga:  Pers Merupakan Pilar Keempat Demokrasi

May Day bisa diperingati dengan cara-cara baru yang lebih bisa diterima masyarakat maupun pemerintah. Selama ini kita tahu, May Day diperingati setiap tahunnya dan dilakukan demonstrasi. Tapi, upaya penyampaian aspirasi tersebut selalu berulang setiap tahunnya dengan tuntutan yang hampir sama. Upaya demonstrasi tersebut seolah tidak berefek, entah pemerintah yang tidak terlalu mempedulikan atau buruh yang semakin harinya memiliki kebutuhan yang semakin banyak.
Karena itulah, sebelum berdemonstrasi, penting juga untuk memikirkan tidak hanya dari kondisi salah satu pihak. Pihak buruh pastinya menginginkan kenaikan upah yang tinggi.

Namun, penting juga menilai seberapa mampu perusahaan membayar gaji karyawannya. Jika pemerintah mengabulkan kenaikan UMK setinggi yang diminta buruh, bisa jadi hal tersebut justru tidak baik karena perusahaan tidak bisa membayar gaji karyawannya yang akhirnya harus mengurangi jumlah karyawannya dan bahkan dapat mengalami kebangkrutan.
Menyampaikan aspirasi tentunya diperbolehkan.

Terlebih kita tinggal di negara demokrasi dimana setiap orang bebas menyampaikan pendapatnya. Namun, alangkah baiknya jika pendapat atau tuntutan tersebut masih dalam kategori yang wajar sehingga bisa diwujudkan.
Sebenarnya kesejahteraan hidup bukan hanya menjadi impian masing-masing orang saja. Tapi, negara juga tentu menginginkan rakyatnya hidup sejahtera. Bagaimana pun buruh juga menjadi elemen yang penting dan dan tidak terpisahkan dalam pembangunan bangsa dan negara.

Karena itulah, pada May Day kali ini mari menyampaikan aspirasi dengan tertib, santun, dan bijak. Peringatan May Day menjadi sebuah hal yang ditunggu-tunggu bagi kaum buruh. Jangan sampai hari yang bersejarah tersebut justru menjadi rusuh karena oknum-oknum tertentu. Isi May Day dengan sebaik mungkin ya. Selamat hari buruh.

Penulis: Dodik Prasetyo adalah Kolumnis Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)