Beranda Opini

Optimalisasi Pembelajaran Daring Melalui Pemanfaatan Platform Pembelajaran

Optimalisasi Pembelajaran Daring Melalui Pemanfaatan Platform Pembelajaran
ILUSTRASI

Pelitabanten.com – Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan dampak perubahan yang sangat besar bagi seluruh sektor, tak terkecuali sektor pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu sektor yang merasakan dampak dari adanya pandemi ini, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan agar seluruh instansi pendidikan termasuk Sekolah Dasar melaksanakan pembelajaran secara daring.

Satu tahun lebih pembelajaran dilaksanakan secara daring, namun ternyata kebijakan ini bukanlah hal yang mudah dilakukan sebab pada implementasinya pembelajaran daring masih mengalami beberapa kendala baik dari sekolah, guru, siswa maupun orang tua siswa terutama di wilayah pedesaan sehingga pembelajaran daring dirasa kurang optimal.

Bagi guru sekolah dasar yang terbiasa melakukan pembelajaran secara tatap muka, kondisi ini memunculkan ketidaksiapan persiapan pembelajaran. Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak sebagai akibat penyebaran Covid-19 membuat semua orang dituntut untuk melek teknologi. Melalui teknologi inilah satu-satunya jembatan yang dapat menghubungkan guru dan siswa dalam pembelajaran tanpa harus tatap muka (Rigianti, 2020).

Dari pengalaman salah satu mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di SDN Talagamukti, ketika melaksanakan beberapa program yang melibatkan siswa yang dilakukan secara online via video call Whatsapp, kendala yang ditemukan adalah sebagian siswa tidak memiliki gawai pribadi, rata-rata gawai yang dipakai adalah milik orang tuanya sehingga ketika pembelajaran berlangsung terdapat beberapa siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran karena gawainya dibawa oleh orang tua untuk bekerja. “Hari ini (salah satu siswa) tidak bisa hadir, dikarenakan mamahnya kerja pagi”, bentuk salah satu pesan dari orang tua yang memberi kabar bahwa anaknya tidak bisa mengikuti pembelajaran karena orang tuanya harus bekerja.

Baca Juga:  Menghiasi Perbedaan Dengan Toleransi

Guru Kelas 5 SDN Talagamukti, Ramlan Irawan membenarkan bahwa kendala yang dihadapi saat pembelajaran daring di SDN Talagamukti salah satunya karena sebagian siswa tidak memiliki gawai pribadi. Sebab saat melakukan refleksi dari pembelajaran daring sebelumnya, SDN Talagamukti hanya memanfaatkan satu media komunikasi online yaitu Whatsapp, tidak menggunakan platform lainnya. Hal ini berakibat pada siswa yang tidak memegang gawai saat pembelajaran berlangsung menjadi terhambat dan melewati batas pengumpulan sehingga harus menyusul.

Karena faktor inilah, Ramlan Irawan sebagai Guru Kelas melakukan refleksi dari pembelajaran daring sebelumnya untuk merubah strategi pembelajaran daring dari yang sebelumnya hanya menggunakan Whatsapp, kini akan ditambah dengan memanfaatkan platform pembelajaran lainnya yaitu Google Meet.

Selain merubah strategi pembelajaran, pun berencana merubah metode pembelajaran daring dari yang sebelumnya dilaksanakan secara mandiri di rumah masing-masing kini akan dirubah menjadi metode pembelajaran berbasis kolaborasi. Dimana pembelajaran berbasis kolaborasi ini dilakukan oleh siswa secara berkelompok, satu kelompok terdiri dari 5 siswa dan siswa tersebut dipastikan dari satu daerah yang sama serta dari 5 siswa tersebut dipastikan terdapat salah satu siswa yang memiliki gawai secara pribadi. Jadi, pembelajaran dilakukan secara berkelompok di rumah salah satu siswa yang memiliki gawai dengan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker.

Baca Juga:  Memanfaatkan Flipbook untuk Media Belajar disaat PJJ

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kolaborasi ini diawali dengan tahap mendata siswa berdasarkan alamat tempat tinggal, setelah mendapatkan data lalu guru membagi kelompok terdiri dari 5 siswa dari satu daerah yang sama dan terdapat salah satu siswa yang memiliki gawai pribadi. Pembelajaran dilaksanakan dengan jadwal yang ditentukan dan akan dibagikan di Grup Whatsapp. Jadi, satu gawai akan dipakai oleh satu kelompok setiap pertemuan di Google Meet.

“Jadi nanti siswa akan dibagi kelompok yang terdiri dari 5 siswa dari satu daerah yang sama, dan dari 5 siswa itu akan ada salah satu siswa yang memiliki gawai pribadi. Nanti alamat siswa akan saya data dulu, untuk memastikan dari satu daerah yang sama. Jadi ketika Google Meet, kelompok yang telah ditentukan tersebut berkumpul dirumah siswa yang memiliki gawai tersebut. Mudah-mudahan dengan rencana ini, kendala yang ditemukan bisa teratasi.” Ujar Ramlan Irawan.

Baca Juga:  Krisisnya Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Pembelajaran berbasis kolaborasi ini direncanakan dengan tujuan untuk meminimalisir kendala yang terjadi di tahun sebelumnya. Dengan diterapkannya strategi dan metode pembelajaran yang baru ini diharapkan pembelajaran daring bisa dilaksanakan secara optimal dan bermakna bagi siswa.

Mika Dewi SariPenulis: Mika Dewi Sari (Universitas Pendidikan Indonesia dengan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar)