Pelitabanten.com – Di era 4.0, manusia seakan bebas melakukan berbagai hal, baik itu kebaikan untuk dirinya sendiri atau bahkan keburukan untuk orang lain. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak akan bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Omong kosong! siapapun mereka yang berkata bahwa dirinya bisa hidup seorang diri tanpa bantuan siapapun. Manusia dilahirkan untuk saling menolong satu sama lain dalam keadaan apapun, bukan malah apa yang terjadi sekarang ini, dimana semua orang berlomba-lomba dalam memberikan pembenaran atas hal yang dianggapnya tidak benar, tidak sesuai atau berbeda. Pada zaman dengan berbagai kemudahan ini cenderung membuat kita terlena, seperti misalnya dalam kebebasan berpendapat. Jika kita tidak dapat mempertanggungjawabkan pendapat kita, maka hal itu tentu tidak baik, apalagi jika merugikan oranglain atau pihak tertentu. Ditambah dengan era serba teknologi canggih yang memudahkan siapapun berbagi dan menerima informasi dari manapun, kapanpun dan dari siapapun. sehingga setiap penerima dan pemberi informasi pun perlu untuk bertanggungjawab atau apa yang mereka lakukan.
Adakah keheranan dalam benak kalian? Atau adakah sedikit pemikiran logis atas segala hal yang terjadi di masa kini? Apakah kalian cukup waras untuk hidup berdampingan dengan orang lain disaat ini? Coba renungkan. Manusia pada dasarnya tidak sempurna, sehingga ketidaksempurnaan itu membuat manusia terus melakukan berbagai hal agar mencapai kata sempurna, salah satunya dengan menciptakan kemudahan, baik itu kemudahan dalam melakukan pekerjaan, dalam transportasi, dalam berhubungan dengan orang lain, atau dalam menyampaikan pendapat. Apa yang salah dengan menyampaikan pendapat? Ya! Tetap ada etika ketika menyampaikan pendapat. Pernahkan kita berpikir, apa yang kita sampaikan menyakiti lawan bicara kita? Atau menyinggung lawan bicara kita? Atau mungkin menghancurkan karakter lawan bicara kita? Lalu, apa hubungannya dengan masa kini?
Sudah mulai menyimakkah, kemana arah tulisan ini? begini, dimasa yang penuh dengan berbagai kemudahan, jika kita lihat fenomena yang kerap meramaikan dunia maya, tidak lain adalah fenomena bullying. Bullying ini sudah masuk tahap yang cukup memprihatinkan, banyak kasus yang mencuat ke permukaan manakala yang di bully membawa kasus ini ke meja hijau. Siapakah mereka yang membullly? Adakah faktor yang melatarbelakangi mengapa mereka melakukan tindakan bullying? Kebanyakan dari mereka mengatakan hanya berkomentar, atau ikut berpendapat terlepas dari ada atau tidaknya niat jahat mereka melakukan itu. Pelaku bullying adalah mereka yang cenderung tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Terkadang mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah benar, tidak salah sama sekali.
Yang paling memprihatinkan saat ini adalah banyaknya tangan yang berselancar di media sosial dan sangat lincah untuk mampir di sebuah akun sekadar untuk memberikan komentar yang bahkan tidak ada manfaatnya sama sekali, serta biasanya komentar tersebut cenderung berkonotasi negatif. Dimulai dari anak kecil, remaja, hingga usia dewasa, mereka semua melakukan tindakan bullying, menganggap orang lain salah dan dirinya benar. Padahal di dalam kehidupan bermasyarakat, baik itu dengan orang yang kita kenal maupun tidak sekalipun kita tetap harus menghormati dan menghargai satu sama lain. Tidak dengan menjelek-jelekkan satu sama lain, bahkan melakukannya di media sosial. Sungguh bukan tindakan yang terpuji.
Kita dapat melihat salah satu kebiasaan masyarakat dahulu yaitu gotong royong yang konsepnya masih dilakukan oleh sebagian orang, atau kelompok tertentu hingga kini, karena banyak nilai yang terkandung didalamnya, bukan sekadar membantu meringankan beban secara bersama-sama, lebih dari itu kita dapat melihat berbagai perbedaan dari setiap orang dengan berbagai sudut pandang. Jika dilihat dari segi budaya, kebiasaan ini sudah mengerak disetiap aspek kehidupan, dengan konsep gotong royong, tentu setiap orang tidak akan serta merta melakukan tindakan bullying, karena dengan bersama saling menghormati adalah wujud harmonis, sedangkan melakukan tindakan bullying merupakan wujud dari merugikan dan menghancurkan diri sendiri juga orang lain.
Apabila kita mengibaratkan setiap ucapan yang keluar dari mulut kita atau atau tarian lincah tangan kita saat memberikan komentar di sosial media adalah kekuatan, dan kekuatan tersebut bisa menjadi kekuatan untuk bangkit bagi mereka yang terpuruk, maka bagaimana jika ucapan atau komentar tersebut mengandung konotasi negatif, tentunya akan memberikan kekuatan bagi mereka untuk terpuruk dan terjatuh lebih dalam lagi, sehingga bukan tidak mungkin jika kita salah berucap pada orang lain, bisa jadi hal itu dapat membunuh jiwa dari orang tersebut. Kita adalah manusia yang seyogyanya hidup saling berdampingan, kendati tidak mengenal satu sama lain, menghormati dan menghargai apa yang orang lain lakukan bukanlah hal yang sia-sia, karna seperti pepatah mengatakan, “Apa Yang Kita Tanam, Maka Itulah Yang Akan Kita Tuai”.
Oleh : Dhea Mutia dan Elsa Evriani
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta