Pelitabanten.com – Pernikahan yang sakral, bermakna, mengesankan, dan tak terlupakan selalu identik dengan biaya yang mahal serta menelan biaya ratusan juta hingga milyaran Rupiah. Lantas, apakah pernikahan dengan dana terbatas jauh dari kata layak?
Megah atau tidak, pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah dan peresmian ikatan perkawinan secara norma agama, hukum, dan sosial.
Sejatinya, ketika sepasang calon pengantin memilih untuk menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) saja, maka dia tidak akan dipungut biaya. Namun jika diadakan di luar jam kerja, maka akan dikenakan tarif sebesar Rp 600 ribu.
Pandemi COVID-19 membuat banyak pasangan yang memilih untuk menikah di KUA lantaran adanya larangan berkumpul demi mencegah penyebaran virus. Namun bagi sebagian besar orang, merayakan pernikahan dengan pesta di tengah pandemi juga masih menjadi pilihan.
Di satu sisi, masa pandemi yang menimbulkan ketidakpastian ekonomi akhirnya membuat seseorang harus memprioritaskan pengeluaran yang bersifat kebutuhan ketimbang keinginan. Namun di sisi lain, risiko akan bengkaknya pengeluaran karena pesta pernikahan tentu ada, mengingat jasa vendor pernikahan tidaklah murah.
Berikut adalah tips dari Lifepal, bagi mereka yang berniat menggelar pernikahan di masa pandemi.
Tentukan waktu dan estimasi biaya pernikahan di awal
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan waktu dan estimasi total biaya pernikahan.
Dengan menentukan dua hal ini di awal, maka Anda bisa mengumpulkan dana dengan mudah lewat instrumen investasi yang Ada. Selain itu, Anda pun bisa mewaspadai bengkaknya pengeluaran yang muncul di kemudian hari.
Pastikan bahwa biaya pernikahan tidak menguras tabungan Anda, yang artinya Anda masih memiliki aset lancar (tabungan, kas, dan setara kas) sebesar minimal 15% dari kekayaan bersih saat ini.
Dari total biaya yang Anda persiapkan, jangan habiskan seluruhnya untuk memilih vendor-vendor penunjang pernikahan. Alokasikan 10-15% dari total biaya untuk membeli seserahan, dan sisakan sekitar 10-15% lainnya untuk berjaga-jaga ketika ada kebutuhan administratif yang harus dibayar.
Jangan menggunakan dana darurat untuk gelar pesta
Ketika dana darurat Anda sudah terkumpul dalam jumlah ideal, hindarilah penggunaan dana tersebut untuk biaya pernikahan.
Fungsi utama dana darurat adalah untuk memitigasi risiko hilangnya pendapatan karena pemutusan hubungan kerja, atau menalangi biaya-biaya operasional sehari-hari yang bersifat darurat. Oleh karena itu, jumlahnya memang harus terjaga sesuai dengan kebutuhan kita.
Jangan berutang demi pesta pernikahan
Pesta pernikahan adalah acara syukuran yang terjadi dalam beberapa jam saja di satu hari. Berutang dengan mengajukan kredit tanpa agunan (KTA) untuk membayar jasa vendor-vendor mahal bukanlah hal yang tepat.
Utang untuk keperluan pernikahan hanya akan menambah liabilitas dan menggerus kekayaan bersih Anda. Patut diketahui bahwa, mengajukan utang ke bank atau lembaga pemberi pinjaman ada bunganya.
Selenggarakanlah pesta pernikahan yang memang sesuai dengan kondisi keuangan Anda.
Bagi pria, pertimbangkan mas kawin berupa surat berharga
Mas kawin berupa kepingan emas mungkin akan terlihat elegan dan mentereng ketika didokumentasikan pada acara akad nikah.
Namun di masa pandemi ini, harga emas terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Meski saat ini, sedang mengalami penurunan, tetap saja 1 gram emas di 11 November 2020 masih dibanderol Rp 952 ribuan per gram, masih terbilang mahal untuk sebagian besar orang.
Bagi Anda yang belum memiliki emas dan masih bingung mencari mas kawin, maka tidak ada salahnya untuk menggunakan saham.
Tepat pada 13 November 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 5.454. Masih banyak saham-saham perusahaan berkapitalisasi raksasa, yang bisa Anda beli dengan harga murah untuk mas kawin.
Namun bila pasangan Anda kurang menyetujui pemberian saham sebagai mas kawin, reksa dana pun bisa menjadi pilihan.
Tentukan tarif Wedding Organizer maksimal 10% dari total biaya pernikahan
Menyelenggarakan pesta pernikahan di masa pandemi adalah hal yang sulit, tanpa bantuan dari pihak profesional. Siapa lagi kalau bukan wedding organizer (WO). WO pun kerap menjadi “nyawa” dari pesta pernikahan Anda.
Namun bukan rahasia lagi bahwa di masa pandemi ini, bisnis jasa WO merupakan bisnis yang terkena dampak karena adanya pengetatan dalam regulasi penyelenggaraan pesta pernikahan akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Minimnya permintaan akan jasa WO akan memunculkan potensi diskon jasa layanan yang diberikan. Alokasikan saja dana maksimal 10% dari total biaya pesta pernikahan Anda untuk kebutuhan WO.
Carilah WO yang ramah, kooperatif, dan sudah berpengalaman dalam menyelenggarakan pesta pernikahan di masa pandemi. Pilihlah paket jasa yang ditawarkan WO sesuai dengan kebutuhan, dan jangan lupa untuk meminta referensi WO ke kerabat, saudara, atau rekanan Anda.
Bagi wanita, manfaatkan tes makeup untuk kebutuhan pre-wedding
Kebutuhan jasa makeup artist tentu menjadi hal yang sangat vital bagi setiap calon pengantin wanita. Tidak semua orang cocok dengan gaya atau produk yang ditawarkan oleh satu makeup artist, oleh karena itulah mereka kerap menawarkan tes makeup atau makeup trial ke calon pengantin wanita.
Agar Anda tidak merasa mubazir dengan penggunaan makeup mahal di wajah Anda di masa trial, maka jadwalkan saja pemotretan pre wedding setelah sesi makeup trial. Anda pun tidak perlu keluar biaya tambahan lagi saat prewedding berlangsung.
Hati-hati dengan upacara adat
Dorongan untuk menggunakan upacara adat di pesta pernikahan umumnya muncul dari keluarga, dan demi menghormati keluarga serta adat istiadat tanah kelahiran kita, maka kita memilih untuk menyelenggarakan upacara ini setelah akad. Namun patut diketahui, semakin banyak upacara adat yang diselenggarakan makin besar pula biaya yang dikeluarkan.
Tidak menutup kemungkinan, besaran biaya upacara adat hampir atau sama dengan biaya catering yang Anda pilih. Oleh karena itu, diskusikanlah hal ini dengan baik-baik ke pasangan dan keluarga pasangan.
Ingat, Anda bisa menghemat catering di masa pandemi
Bukan rahasia lagi, catering bisa menjadi porsi pengeluaran terbesar dalam pesta pernikahan. Guna menghemat pengeluaran ini, Anda bisa mengalokasikan bujet catering maksimal 25% dari total anggaran biaya pernikahan. Rasio umum dalam pemesanan catering adalah 60% untuk buffet dan 40% untuk stall.
Di masa pandemi, jumlah tamu dalam pesta pernikahan umumnya hanya diperbolehkan sekitar 25% dari kapasitas gedung atau venue. Oleh karena itulah, menghemat catering tentu bisa dilakukan dengan baik.
Untuk mempermudah Anda mengatur jumlah catering, pastikan jumlah jumlah tamu undangan dengan menggunakan formulir kehadiran online. Setelah Anda mendapat estimasi kehadiran tamu, lakukan perhitungan sebagai berikut untuk menentukan jumlah porsi catering:
Porsi makanan yang di pesan = (Total tamu x 2) x 80%
Anggap saja, di masa new normal Anda ingin mengundang 70 orang tamu. Maka dengan asumsi satu tamu membawa pasangan, maka secara hitungan kasar Anda harus menyediakan katering berjumlah, 70 x 2 = 140 porsi.
Namun mengingat ini adalah masa pandemi, potensi ketidakhadiran tamu pun akan tetap ada. Ketimbang mengeluarkan dana yang terlampau besar, maka kita bisa berharap hanya 80% dari total undangan yang akan hadir. Jika total undangan adalah 140, maka asumsi kehadiran adalah 112 orang. Maka porsi makanan yang Anda dipesan cukup 112 porsi saja.
Jangan lupa untuk meminta “bonus” ke setiap vendor
Jangan hanya meminta diskon ke vendor-vendor terkait, mintalah bonus ke vendor pernikahan yang Anda tuju sebelum menyepakati kerjasama.
Sebut saja, bila venue pernikahan Anda adalah hotel, maka mintalah compliment berupa kamar hotel untuk staycation bersama keluarga atau paket bulan madu. Untuk dekorasi, mintalah bonus berupa beberapa pernak-pernik untuk mempercantik pelaminan atau venue, untuk dokumentasi, mintalah bonus cetak foto, dan untuk catering, mintalah ekstra makanan untuk beberapa tamu.
Itulah tips yang bisa dilakukan saat menggelar pernikahan di masa pandemi. Pada intinya, tidak ada batasan yang ideal mengenai berapa besaran bujet pesta pernikahan, karena semua tergantung dari kemampuan finansial masing-masing.
Bila memang Anda, pasangan, dan keluarga pasangan setuju untuk menggelar prosesi di KUA, maka lakukanlah dan Anda bisa menghemat uang yang tidak sedikit.
Patut diingat, dalam sebuah pernikahan, masa setelah pesta-lah yang lebih penting. Jangan hanya karena pesta yang digelar beberapa jam, Anda harus kehilangan dana dalam jumlah besar dan sulit memenuhi tujuan-tujuan finansial Anda ke depan.
Penulis: Aulia Akbar CFP®, Financial Educator dan Periset Lifepal