Beranda Opini

7 Tips Kelola Keuangan Bagi Yang Penghasilan Bulanannya Berkurang Akibat Terdampak COVID-19

7 Tips Kelola Keuangan Bagi Yang Penghasilan Bulanannya Berkurang Akibat Terdampak COVID-19
Ilustrasi. Foto: Gerd Altmann@Pixabay

Pelitabanten.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa rata-rata upah buruh di Agustus 2020 telah turun 5,18% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, tingkat pengangguran di Indonesia juga menyentuh 9,77 juta atau naik 2,67 juta dari Agustus 2019.

Disebutkan pula dalam Berita Resmi Statistik BPS terbaru bahwa, dari total penduduk usia kerja yang berjumlah 203,97 juta orang, 14,28% di antaranya atau 29,12 juta orang terdampak COVID-19. 

COVID-19 memang menyebabkan tekanan pada perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020 dinyatakan -3,49% dari kuartal III 2019. Meski demikian jika dilihat secara per kuartal, ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% dari kuartal II 2020 ke kuartal III 2020. 

Bukan rahasia lagi bahwa ketika berbagai sektor industri mengalami tekanan, maka para pekerja rentan mengalami risiko berkurangnya penghasilan bulanan hingga pemutusan hubungan kerja. 

Berikut adalah tips perencanaan keuangan dari Lifepal bagi karyawan yang terdampak COVID-19 dan mengalami pengurangan penghasilan bulanan.

Jangan sembarangan mengurangi pengeluaran Anda

Khawatir mengeluarkan uang dalam jumlah besar itu wajar karena pemasukan bulanan Anda juga sedang berkurang. Di samping itu, muncul pula kekhawatiran lain yaitu hilangnya pekerjaan karena perusahaan tempat Anda bekerja ingin melakukan penekanan biaya operasional.

Secara garis besar pengeluaran pun dibagi menjadi tiga yaitu, pengeluaran yang bersifat wajib dibayar, pengeluaran yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan pengeluaran yang bersifat keinginan. Berhemat tentu menjadi solusi, namun kita tidak bisa asal dalam mengurangi pengeluaran. 

Baca Juga:  Korupsi Menggurita: Calon Kepala Daerah 2020 Bukan Hanya Berintegritas

Jika Anda harus mengurangi pengeluaran, maka kurangilah pengeluaran yang bersifat keinginan seperti belanja barang branded, belanja barang-barang hobi, dan kegiatan konsumtif lain yang berhubungan dengan gaya hidup. 

Mengurangi bukan berarti menghilangkan. Alokasikan saja 10 hingga 15% dari pemasukan bulanan untuk kegiatan yang bersifat hiburan atau keinginan, dan prioritaskan pengeluaran Anda untuk memenuhi hal-hal wajib seperti bayar pajak dan utang, serta kebutuhan sehari-hari. 

Mengurangi pengeluaran yang bersifat “wajib dan butuh” cukup berisiko

Pengeluaran yang bersifat wajib bisa dikategorikan menjadi dua yaitu pembayaran pajak dan utang. Tidaklah mungkin mengurangi pengeluaran yang satu ini dengan alasan “berhemat,” karena dengan menunda pembayaran utang atau pajak kita bisa terkena sanksi atau denda dari Pemerintah maupun dari pemberi kredit.

Bila memang pembayaran utang menjadi sangat berat akibat berkurangnya pendapatan, lakukanlah restrukturisasi dengan meminta perpanjangan tenor agar cicilan menjadi lebih rendah. 

Sementara itu pengeluaran yang bersifat kebutuhan adalah pengeluaran untuk kebutuhan pokok baik itu sandang, pangan, dan papan. Mengurangi pengeluaran ini tentu akan berdampak serius pada tingkat standar dan kualitas hidup kita saat ini.  

Bila ada uang tunai yang besar, lunasi utang-utang konsumtif

Seperti yang dijelaskan di atas, cicilan utang tentu akan menjadi bagian dari pengeluaran wajib. 

Bila Anda memiliki tabungan atau kas dan setara kas yang besarannya di atas 20% dari kekayaan bersih (total aset – total utang), maka lunasi saja utang tertunggak yang bersifat konsumtif seperti utang kartu kredit, payday loan di pinjaman online, dan, utang konsumtif jangka pendek lainnya.

Baca Juga:  47,74 Persen Nakes Tangsel Sudah Divaksin

Beberapa jenis utang konsumtif adalah utang kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), kredit kendaraan bermotor, dan lainnya. Kerugian memiliki utang konsumtif adalah utang tersebut hanya akan menggerus kekayaan bersih Anda di masa yang akan datang, lain halnya jika Anda berutang untuk membeli aset atau bisnis (produktif). 

Waspadai pembengkakan di beberapa pengeluaran 

Bagi Anda yang saat ini lebih sering bekerja di rumah, maka Anda memang bisa menghemat pengeluaran transportasi dan makan di luar. Namun potensi pembengkakan di operasional sehari-hari tentunya ada, yakni di tagihan listrik, kuota internet maupun pulsa. 

Baik pulsa, kuota internet, maupun tagihan listrik sifatnya adalah pengeluaran yang bersifat tidak tetap.   Waspadailah pembengkakan pengeluaran tersebut, ada baiknya pula untuk langsung menentukan besaran untuk dua pengeluaran tersebut di awal bulan.

Bagi pencari nafkah, jangan surrender polis asuransi jiwa demi berhemat

Proteksi keuangan justru menjadi hal yang harus kita miliki di masa pandemi ini. Demi mendapatkan manfaat perlindungan dari asuransi, pemegang polis harus membayar premi atau iuran ke perusahaan asuransi. 

Iuran tersebut akan menjadi beban keuangan yang harus ditanggung setiap bulannya. Dengan berkurangnya pendapatan perbulan kita, besar kemungkinan iuran premi asuransi akan menjadi terasa berat. 

Jika memang dirasa, premi asuransi jiwa yang Anda bayar per bulan terlalu, maka menurunkan uang pertanggungan (UP) untuk sementara waktu bisa menjadi solusi dengan catatan, perusahaan asuransi memiliki kebijakan ini. Atau bisa juga dengan melakukan cuti pembayaran premi hingga waktu yang ditetapkan. 

Baca Juga:  Pakar Politik, Akademik dan Bisnis Berkumpul Untuk Mengupas Isu-isu Hangat Tentang Kebudayaan Berbasis Jaringan di Era Digital

Besaran pembayaran premi yang ideal adalah maksimal 10% dari penghasilan bulanan kita. 

Patut diingat bahwa tanpa asuransi jiwa, pencari nafkah tidak akan bisa memitigasi risiko hilangnya pendapatan karena meninggal dunia atau cacat tetap total. Oleh karena itulah, satu-satunya proteksi keuangan Anda dari musibah ini adalah asuransi jiwa. 

Arus kas bersih bulanan tetap setara dengan 10% pemasukan

Sangat penting diketahui untuk menjaga arus kas bulanan Anda tetap sehat. Nilai arus kas bersih didapat dari hasil pengurangan total pemasukan dan pengeluaran bulanan.

Usahakan agar hasil pengurangan antara pemasukan dan pengeluaran setara dengan 10% pemasukan Anda. Dana sebesar 10% pengeluaran bisa dimanfaatkan untuk menabung dana darurat Anda.

Kembali berinvestasi jika dana darurat dan proteksi sudah terpenuhi

Investasi untuk jangka pendek, menengah, dan panjang tentu saja perlu dilakukan. Namun alangkah baiknya untuk memprioritaskan kesehatan cash flow terlebih dulu, menyediakan dana darurat, dan proteksi sudah terpenuhi.

Pahamilah profil risiko investasi Anda terlebih dulu, dan tujuan finansial Anda sebelum memilih instrumen investasinya. 

Itulah tujuh tips perencanaan keuangan dari Lifepal bagi karyawan yang mengalami pengurangan pendapatan karena terdampak COVID-19. 

Catatan Penulis

Tips ini dibuat oleh Aulia Akbar CFP®, financial educator dan periset Lifepal