LEBAK, Pelitabanten.com – Sabtu yang cerah, waktu yang tepat buat kukurilingan. Ya, kukurilingan adalah kata yang tepat juga saya sukai untuk menggantikan kata yang lebih sering digunakan seperti ngetrip misalnya. Kukurilingan dalam bahasa sunda berarti berkeliling atau mengelilingi. Tergantung penggunaan kata. Tujuan kukurilingan hari ini adalah Curug Cipicung, sebuah lokasi air terjun yang berada di kawasan kampung Sukarasa, desa Sukaresmi, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak-Banten.
Adalah Feri, siswa kelas XII SMKN 1 Sobang yang telah berbaik hati untuk menjadi orang yang bersedia direpotkan. Mengapa Feri? Karena selain dia bertempat tinggal di kampung Sukarasa, dia juga yang sehari sebelumnya sangat bersemangat mengajak saya dan kawan ke Curug Cipicung. Selain Feri, ada tiga kawan lagi semuanya dari SMKN 1 Sobang. Total lima orang, sementara kendaraan sepeda motor hanya ada dua unit. Dan jadilah satu motor dua dan tiga orang. Saya bertiga dengan Juhe dan Feri. Digayor, sebutan para tukang ojek untuk mereka yang satu motor dengan dua penumpang.
Perjalanan yang seru sekaligus ngeri. Seru karena sepanjang perjalanan disuguhi oleh pemandangan yang menyejukkan mata, juga hati dan pikiran. Sejauh mata memandang hanya hijau yang terlihat. Ngeri, karena naik motor bertiga di jalanan yang berbatu tak beraspal dan naik turun dan berbelok-belok. Dapat dibayangkan?
Sebenarnya tujuan awalnya bukan Curug Cipicung, tetapi Curug Cibangkit yang ada di sekitaran kecamatan Sobang juga. Curug yang tengah hits di kalangan anak pengguna Instagram (media sosial). Tapi selain lebih jauh juga sudah ramai pengunjung dan akhirnya Curug Cipicung menjadi pilihan.
Pesawahan di sepanjang jalan menjadi obat tersendiri untuk mengusir rasa lelah. “Sekarang jalannya udah enak. Udah di batu. Dulu tuh kalo mau ke curug jalannya lewat galengan (pematang sawah: red),” ujar Feri yang sepanjang perjalanan senang bercerita.
Dalam perjalanan menuju ke lokasi, di tengah perjalanan kami berpapasan dengan rombongan yang baru turun dari curug. Kurang lebih sekitar 20 orang. Dari tulisan dibaju yang dipakai, berasal dari Jakarta dengan nama komunitas yang tertulis jelas, Laskar Hijau Jagaraksa. Sepanjang perjalanan diisi dengan obrolan ngalor-ngidul penghilang lelah.
Tibalah kami di tempat tujuan. Ketinggian curug kurang lebih 75 meter, dengan air yang jernih dan dingin, dengan hamparan sawah yang tak jauh dari curug. Debit air yang lumayan banyak, dengan air yang jernih dan segar. Tiga kawan langsung menceburkan diri ke dalam air, setelah sebelumnya beristirahat menyantap perbekalan yang sengaja telah dipersiapkan. Serasa curug milik kami. Karena hanya kami berlima yang menikmati curug yang indah ini.
Setelah dirasa cukup bermain air dan berphoto, waktu beranjak sore dan kami pun harus pulang. Rasanya masih tak ingin lekas beranjak dari tempat seperti ini. Pesona indahnya bisa menyihir sesiapa yang melihatnya. Tapi yang namanya berkunjung ada saatnya kita meninggalkan tempat yang kita kunjungi untuk kemudian berkunjung kembali. (Ditulis oleh Sidede, Pegiat Literasi Lebak)*