JAKARTA, Pelitabanten.com – Tragedi aksi teror mengancam ibu kota di Mall Sarinah MH Thamrin, Jakarta Pusat, mengakibatkan tujuh orang tewas dan 24 lainnya mengalami luka-luka. Selain itu, ada juga sebagian warga yang berada di lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) mengalami shock dan trauma melihat secara langsung aksi bom bunuh diri dan aksi penembakan dengan senjata api.
Hal demikian, dialami oleh Mira Puspita (22). Saat kejadian, ia tengah meeting bersama tiga rekannya dari PT Pasific Cipta Mandiri bersama 20 orang kliennya di gerai Kopi Starbucks. Pada saat itu, Mira duduk menghadap ke arah jalan membelakangi kasir dan toilet. Tepat di belakangnya, ada sejumlah warga negara asing.
Saat meeting berlangsung, dia diperintahkan atasannya untuk tetap mengawasi pengunjung yang datang ke Starbuck, siapa tahu yang datang itu adalah salah satu klien yang juga janjian di kafe asal Paman Sam tersebut.
Dia bercerita, sempat melihat seorang pria dengan tinggi sekira 170 centimeter memakai kaos hitam, membawa tas besar berwarna merah dan mengenakan topi, beberapa kali hilir mudik ke cafe tersebut.
“Saya tidak menaruh curiga, tapi dia bolak-balik cafe. Masuk pintu, tidak menuju meja pemesanan, tapi langsung ke toilet. Begitu saja sampai beberapa kali,” paparnya saat ditemui di rumahnya di Jalan Ageng Tirtayasa, Kampung Bojong Poncol, RT 04/13, Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.
Tak berapa lama, sekira pukul 10.40 WIB, ledakan keras terjadi dari arah belakang dirinya duduk. Ledakan itu memmbuat Mira jatuh ke lantai. “Ledakan itu berasal dari toilet. Kuping saya sampai pengang. Kerudung saya terbakar, tapi langsung dipadamkan klien saya. Kalau luka cuma lecet di bagian kaki kanan,” katanya.
Setelah ledakan, suasana menjadi panik. Para pengunjung gerai Starbucks yang berjumlah sekira 40 orang berhamburan keluar menyelamatkan diri sambil berteriak. Dia melihat teman kantornya yang bernama Sari mengalami pendarahan di bagian dahinya. Sementara, dia melihat seorang pria yang diketahui warga negara Belanda, yang duduk di belakangnya sudah tergeletak tak bernyawa.
Tak hanya itu, percikan bom berupa noda hitam menempel di pakaian Mira. Percikan noda itu berbau seperti bensin.
“Ditengah kepanikan itu, aku angkat temenku mbak Sari yang sudah lemas di bangku ke luar Starbucks. Kami diarahkan ke Saripan Pasifik Hotel yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi,” ujarnya.
Beberapa menit kemudian, ledakan kedua terjadi disusul baku tembak. Lalu terdengar lagi ledakan keempat. Namun dia tidak tahu persis posisinya dimana karena ia bersembunyi.
“Saya sempat tidak bisa kemana-mana karena wilayah itu ditutup polisi. Baru setelah dinyatakan aman, jalan dibuka. Saya dan mbak Sari langsung dibawa ke RSCM,” jelas Mira.
Setelah keadaan tenang, Mira langsung menghubungi ibunya di rumah. Untuk mengabarkan kalau keadaannya baik-baik saja. Dan dia pun diantar oleh supir kantornya.
“Aku dikasih izin untuk enggak ngantor selama dua hari ke depan. Benar-benar masih shock banget,” ucapnya.