LEBAK, Pelitabanten.com – Suasana pagi hari di komplek lingkungan Rumah Adat Kaolotan Cibadak, Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tampak terlihat tentram. Nyanyian alam; cicit suara burung berkicau dan gemerisik angin membelai dedauan menghiasi irama pagi yang sejuk ditingkahi keceriaan anak-anak yang berjalan kaki menuju ke sekolah.
Sebagian besar kaum ibu terlihat sibuk beraktifitas di dapur, sementara para bapak masih menikmati sarapan pagi dengan segelas kopi menemani, sebelum beranjak memulai aktifitasnya menuju ladang dan huma. Asap tampak membumbung menghiasi bagian dapur rumah-rumah yang berjejer di desa itu, tampak sawah-sawah yang berada di lereng perbukitan, hijau sejauh mata memandang. Mengingatkan kita pada lagu band rock kawakan God Bless di era tahun 80-an berjudul “Huma diatas Bukit”, membawa kerinduan pada pemandangan alam yang semakin langka untuk dinikmati dan dihayati bagi para penghuni kota.
Di tengah suasana pegunungan alam yang asri, di aula komplek Rumah Adat Kaolotan Cibadak, berdiri sebuah rak buku berbentuk leuit atau lumbung padi dengan buku-buku tersusun rapih. Rak buku berbentuk leuit setinggi 2,5 meter itu menjadi maskot dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kuli Maca yang didirikan sejak 4 Juli 2016 dan diresmikan pada 24 Desember 2016 tahun lalu oleh kepala Desa Warungbanten, Ruhandi (31). “Saya yakin dengan berdirinya TBM Kuli Maca dapat membawa perubahan yang positif di Desa Warungbanten tanpa merubah kearifan lokal yang telah menjadi tradisi warga sejak turun temurun”. Demikian ungkap Kades Muda yang akrab disapa Jaro ini saat berbincang dengan pelitabanten.com beberapa waktu lalu.
Terdapat 25 relawan tediri dari pelajar, mahasiswa dan warga yang diketuai oleh Rafik Irawan, kegiatan pokok di TBM Kuli Maca adalah Gerakan Minggu Membaca (GMM). Kegiatan tersebut dimulai dari jam 08.30 s/d 15.30. “Siapapun bisa memanfaatkan koleksi buku di TBM ini, mulai dari anak sekolah, pelajar dan orang tua baik dari warga desa Warungbanten sendiri maupun warga dari luar desa”, terang Rafik Irawan.
Meskipun koleksi buku yang tersedia di TBM Kuli Maca masih terbilang belum lengkap, namun aktifitas yang dilakukan disana tidak hanya sekedar tempat untuk membaca bagi para warga. Namun juga merupakan ruang aktifitas dalam melaksanakan berbagai kegiatan kreatif, diskusi keagamaan, rembug strategi pembangunan desa dan bermusyawarah menggali potensi lokal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa ke arah yang lebih baik.
Salah satu yang disepakati warga ketika menggelar acara, panitia tidak menyediakaan jajanan kemasan dari pasar, melainkan selalu menyuguhkan penganan khas desa yang diolah dari hasil kebun sendiri semisal ketimus, combro, misro, pisang goreng dan lain lain. Selain itu juga dilakukan gotong royong warga memperbaiki sarana desa berupa saluran sungai dan kebersihan lingkungan sekitar.
Melalui TBM Kuli Maca, selain menjadi pusat belajar warga, Komplek Lingkungan Kaolotan Cibadak yang terdiri dari rumah adat yang dijadikan aula warga dan rumah singgah yang diperuntukan untuk tamu yang datang dari kota, diharapkan dapat menjadi lokasi pariwisata bagi para penulis yang ingin menikmati suasana dalam menggali inspirasi dan mencari ilham puitik, yang sudah barang tentu akan dilayani sepenuhnya oleh relawan yang murah senyum dan bersikap ramah untuk melewati malam hening di lereng pegunungan yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Halimun.