Beranda News

Cerita Relawan Cantik Diantara Ratusan Relawan di Tsunami Banten

Cerita Relawan Cantik Diantara Ratusan Relawan di Tsunami Banten
Cerita Relawan Cantik di Tsunami. Foto Pelitabanten.com (Dok).

PANDEGLANG, Pelitabanten.com, — Kabar duka datang malam itu di Sabtu, 22 Desember 2018 dipenghujung minggu akhir tahun, Tsunami Menerjang pesisir pantai selat sunda wilayah Banten dan Lampung.

Kita di Sini, jauh dari mereka yang tertimpa bencana amukan air laut mungkin hanya bisa berguman “Tuhan selamatkan saudara-saudaraku disana, Tuhan lindungi mereka dari segala bencana”.

Cerita Relawan Cantik Diantara Ratusan Relawan di Tsunami Banten
Porak Poranda di Terjang Air Laut. Foto Pelitabanten.com (Dok).

Namun tidak bagi Crisna Dwi Zainab perempuan cantik putih berhijab, Bagi Ina sapaan akrab wanita bersenyum manis itu, membantu tidak cukup hanya lewat Doa, Uang, Makanan atau Pakaian layak buat korban Tsunami Banten. Masih banyak mereka yang kehilangan Ayah, Ibu, Anak, Kakek, Nenek atau Saudara disana (Banten-red).

Pilu itu yang membuat tekad Ina rela meninggalkan hirup pikuk suasana perkotaan, bergabung bersama ratusan relawan yang ada disana. Baginya Kehidupan santai penuh kehangatan selalu dirasakan setiap saat, menikmati hidup dengan canda dan tawa setiap hari, kehangatan pelukan keluarga pun setiap hari Ia dapat.

Biasanya, di penghujung tahun dia manfaatkan untuk liburan, Tapi Ina malah menyiapkan diri untuk berpamitan, berharap mendapat izin dari keluarga. Rasa takutnya hilang oleh rasa kesedihan yang mungkin dialami saudara-saudaranya disana, Jadi Relawan, Begitu tekadnya.

Cerita Relawan Cantik Diantara Ratusan Relawan di Tsunami Banten
Mereka Adalah Relawan Tsunami Selat Sunda. Foto Pelitabanten.com (Dok).

Ya, Relawan bencana yang terjadi di Banten dan Lampung. Bermodal nekad dan pengetahuan yang dirinya dimiliki, Izinkan Aku Bunda ?

“Alhamdulillah bunda mengizinkan, bahkan beliau mendukung karena memang dahulu beliau juga berlatar belakang SAR,” ucap Ina bercerita Pada Penulis.

Izin didapat, tanpa pikir panjang perempuan yang masuk dalam komunitas Rescue ini mulai mengepak segala kebutuhannya untuk misi kemanusiaan itu. Dengan Tas dipunggung, perlahan kakinya mantap melangkah menuju stasiun terdekat menuju Pandeglang Banten.

“Saya sempat transit dua kali untuk sampai ke Banten ini, Selanjutnya karena tidak ada angkot saya dan teman numpang mobil bantuan logistik yang mau ke daerah Sumur pandeglang, Banten,”katanya.

Setelah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan Ia dan sahabat Iis namanya, tiba di lokasi bencana. Kata Ina tempat yang kemarin kemarin banyak dipuja oarang karna keindahannya kini jadi sunyi dan sepi, hanya ada sisa reruntuhan dan harta yang nilainya sudah tidak ada (Mobil hancur,motor hancur-red).

Angin laut berhembus sangat kencang, suara ombak terus bergemuruh menghantui, demikian itu tidak membuatnya gontai, tetap melangkah sambil bertekad dapat menemukan korban yang disapu ombak atau tertimbun reruntuhan.

“Hati saya merintih rasa ingin menangis, Saya terpanggil untuk bisa membantu meringankan beban saudara-saudara disini, rasa takut ada tapi saya hanya bisa pasrah dan berdoa Allah SWT selalu melindungi,”gumannya.

Dengan berlinang air mata kembali Ina sicantik bercerita, kata dia seakan dunia telah berakhir di laut selat sunda saat itu. Hingga akhirnya bantuan demi bantuan dari berbagai penjuru tempat datang kelokasi.

Banyak hal dan pelajaran yang Ia dapat selama menjadi relawan di Posko Cikadu, Kecamatan Panimbang, Pandeglang, Banten. saat itu, rupanya tak sedikit orang yang memutuskan untuk bergabung dan meninggalkan keluarga karna ingin membantu sekedar meringankan beban korban terdampak Tsunami selat sunda.. Ya Tsunami..

“Disini Kami dipimpin dengan satu komando. Pak Jeje namanya, beliau sudah sejak awal membimbing kami di posko, banyak sekali pelajaran yang bisa saya dapatkan dari musibah ini,”jelasnya.

Cerita Relawan Cantik Diantara Ratusan Relawan di Tsunami Banten
Naik Motor Trail Jangkau Lokasi Terdampak. Foto Pelitabanten.com (Dok)

Sesekali Ina dan rekan relawan lainnya pergi menyisir kembali reruntuhan dengan harapan bisa menemukan sisa korban yang belum ditemukan.

Sambung Ina, Naik Motor bagaikan menunggang kuda, ngetril seperti Off Road, jalan terjal sampai lokasi yang sulit bisa dilewatinya penuh perjuangan. Sesekali air mata tak kuasa ditahannya, melihat keindahan bumi pertiwi kini usang bagai dunia hantu sepi setiap hari.

“Saya nangis saat berbincang dengan korban tsunami banten yang saya temui, Gak kuat lihat penderitaan mereka, saya merasa saat ini saya hanya manusia yang kurang bersyukur atas hidup yang telah saya dapatkan,” ucap Ina dengan mata berkaca-kaca.

Meski satu demi satu sahabat relawan kembali kerumah kembali ke aktivitas rutin bertemu keluarga bertemu orang-orang terkasih, Ina lebih memutuskan untuk tetap tinggal beberapa waktu kedepan. Baginya, donasi dan juga materi tidaklah cukup menghilangkan beban dan trauma atas bencana alam ini. bukan alam yang salah tapi kita sebagai mahluk Tuhan yang kurang bersyukur dan menjaga alam ini.

“Sama dengan tiga orang teman, saya memutuskan untuk tinggal sementara dan memberikan Trauma Healing (Pemulihan trauma-red) kepada anak anak yang terdampak bencana ini. Biarkan rindu ini menyelimuti hingga saya bisa bertemu kembali dengan orang terkasih dirumah,”Pungkasnya.

Penulis : Relawan Muhammad Q
Editor :  Ahmad Syihabudin