Pemkab Trenggalek Belajar Olah Sampah Jadi Cuan di Saung SAIH Cipondoh

Pemkab Trenggalek Belajar Olah Sampah Jadi Cuan di Saung SAIH Cipondoh
Jajaran pemerintah Kabupaten Trenggalek sambangi markas Komunitas pecinta alam SAIH, Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Kamis, (16/12). Foto Ahmad Syihabudin Pelitabanten.com
- Advertisement -

KOTA TANGERANG, Pelitabanten.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek khusus datang mengunjungi Saung Komunitas pecinta alam Saba Alam Indonesia Hijau (SAIH), Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Kamis, (16/12/2021).

Rombongan Pemkab Trenggalek datang dipimpin Kepala Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) untuk belajar mengolah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan Industri untuk menghasilkan Cuan (keuntungan).

Sebab, persoalan sampah memang tak ada habisnya hampir di setiap daerah bahkan dunia. lantaran sampah terus diproduksi industri maupun rumah tangga setiap hari.

- Advertisement -

Sampah ini terdiri dari organik dan anorganik. Sampah organik seperti sisa makanan, sayur, buah mungkin bisa dikelola dengan mudah dan dapat diproduksi menjadi pupuk hingga pakan ternak.

Sedangkan sampah anorganik berupa plastik, botol, sterofoam, yang tidak memiliki nilai jual dapat diolah menjadi berbagai kebutuhan industri atau rumah tangga sesuai kreatifitas pengelola.

Pemkab Trenggalek Belajar Olah Sampah Jadi Cuan di Saung SAIH Cipondoh
Pemkab Trenggalek Belajar Olah Sampah Jadi Cuan di Saung SAIH Cipondoh. Foto Pelitabanten.com

Kepala Dinas PKPLH Kabupaten Trenggalek, Mulyono Kiranata mengaku takjub dengan mesin-mesin yang digunakan di saung SAIH, bahkan, pihaknya berencana mengadopsi teknologi pengolahan sampah disini untuk dijalankan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

“Trenggalek ini, potensi sampah tidak kurang dari 250 ribu ton per hari sehingga kita jauh-jauh dari Trenggalek ingin bagaimana bisa menyelesaikan tumpukan sampah yang setiap hari diproduksi,” kata Dia.

Mulyono pun tertarik dengan projec pilot Saung SAIH yakni “Kota Tanpa TPA” agar nantinya sampah yang diproduksi di kabupaten Trenggalek tidak diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan tertumpuk. Namun, sampah dapat dikelola langsung di wilayah masing-masing atau Tempat Penampungan Sementara (TPS).

“Kalo diangkut biaya operasionalnya mencapai Rp 1 Miliar (per bulan). Kita ingin mengurangi ini (sampah) agar sampah tidak sampai ke TPA. Tapi bisa diselesaikan di sumbernya,” katanya.

Dari hasil belajar, mengamati dan mengadopsi ini, Pemkab Trenggalek ingin meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sampah yang sudah diolah itu.

“Harapannya, kita ingin sampah ini juga ada nilai tambah untuk masyarakat. Selain menambah income tapi bisa memperkerjakan orang itu (SDM),” imbuhnya.

“Mesin yang digunakan sangat menarik, dari hasil pemilahan, kita lihat mesin dapat memilah sampah yang kemudian residunya dapat digunakan lagi,” ujar Mulyono lagi.

Sementara, PT Humindo Mega Pratama selaku produsen mesin pengolahan sampah yang digunakan di Saung SAIH melalui Direkturnya Samsunar mengatakan, PT Humindo Mega Pratama menciptakan dua mesin.

Yakni mesin pemilah sampah Organik dan Anorganik. Kemudian, mesin monster daur ulang (Dalang) yang dapat memproduksi sampah plastik menjadi barang bernilai jual.

“Mesin pemilah ini memilah sampah organik dan anorganik lebih efisien, bisa 15 ton per hari,” katanya.

“Kalau mesin monster dalang ini memproses sampah-sampah tak bernilai menjadi bernilai ekonomis. Seperti bekas sikat gigi, sterofoam, bekas sachet kopi,” ujarnya.

Samsunar menjelaskan sampah-sampah anorganik yang tak bernilai ekonomis ini memang menjadi persolan serius. Apabila tak dikelola dengan baik maka menumpuk yang berimbas pada pencemaran lingkungan.

“Dengan adanya monster dalang ini mesin yang tidak bisa terurai menjadi biji plastik atau daur ulang sekarang dia punya nilai ekonomis, bisa jadi stopper, jadi bahan bangunan, genteng, gagang sapu dan lainnya sesuai kreatifitas pengelola,” ungkapnya.

Ia menjelaskan cara kerja mesin, sampah hanya tinggal dimasukkan ke dalam mesin pemilah sampah. Secara otomatis, mesin tersebut akan memilah sampah organik dan anorganik.

Jadi, sampah organik dapat langsung diproduksi menjadi berbagai kebutuhan seperti pupuk hingga pakan ternak.

Kemudian, sampah anorganik yang tak bernilai ekonomis dimasukkan ke dalam mesin monster dalang. Mesin tersebut akan mengubah sampah-sampah tersebut dengan yang diinginkan melalui moulding (cetakan).

“Mesin ini baru digunakan di Tangerang, ya saung SAIH ini,” kata Samsunar.

Samsunar mengaku, selain kabupaten Trenggalek sejumlah wilayah baik pemerintah dan swasta pun sudah tertarik untuk memiliki mesin ini. Diantaranya Boyolali, Makassar dan Cilegon.

“Pemerintah Kota Tangerang belum menggunakan mesin dari kami,” katanya.

Dia mengatakan memang mesin-mesin ini baru diproduksi pada tahun 2021 ini. Rencananya akan di-launching pada bulan Februari 2022 mendatang.

“Rencananya pak menteri perindustrian yang akan me-launching bertepatan dengan hari sampah. Total sudah ada 9 wilayah yang tertarik untuk memiliki,” ungkap Samsunar.

Ketua SAIH, Pahrul Roji mengatakan dirinya telah merasakan manfaat dari mesin tersebut. Sejumlah barang telah dihasilkan.

“Ini terobosan yang efektif dalam pengelolaan sampah. disini Pengelolaan sampah tanpa menghasilkan sampah,” katanya.

“Banyak barang yang sudah diproduksi dari sampah lewat mesin ini, sampah bisa jadi Cuan dan mempekerjakan orang, ada 22 karyawan yang dimiliki Saung SAIH,” tandasnya.

- Advertisement -