SERANG, Pelitabanten.com – Bangunan lorong bawah tanah yang diduga peninggalan masa kolonial Belanda ditemukan oleh pekerja proyek drainase di pasar lama tepatnya di jalan Sultan Maulana Hasanudin Kota Serang Banten. Hal itu terlihat dari struktur bangunan yang mempunyai kemiripan dengan Keraton Surosowan.
“Tapi yang pasti secara sekilas memang bangunan masa kolonial, karena lengkungannya kelihatan begitu, dan tidak memiliki tulangan, kayak besi gitu itu enggak ada,” kata Kapokja Perlindungan Balai Purbakala dan Cagar Budaya Banten, Juliyadi, Senin (28/11/2016).
Juliyadi menambahkan, bentuk lengkungan yang terlihat jelas tersebut adalah bangunan pintu gerbang setelah timur Keraton Surowowan. Salah satu yang menjadi kemiripan ialah struktur batu bata yang dipasang berdiri untuk memperkokoh bangunan.
“Yang lengkungan sebelah timur pintu gerbangnya (keraton) Surosowan itu mirip-mirip, karena batanya dipasang berdiri, tapi beda waktunya, kalau ini perkembangan Kota Serang kelihatannya,” sambungnya.
Nampaknya, kata dia, pembangunan gorong-gorong yang sempat menghebohkan warga Serang itu dibangun pada zaman kolonial, tapi berbeda rentang waktunya. Jika Keraton Surosowan dibangun lebih dulu, maka gorong-gorong itu dibangun jauh setelah Keraton Surosowan.
“Tapi di masa-masa setelah Belanda memindahkan pusat pemerintahannya. Jadi kan pemerintahan Banten di Kota Serang,” jelasnya.
Meski begitu, pihaknya belum bisa memastikan bangunan gorong-gorong itu merupakan kategori cagar budaya atau bukan, yang pasti kata dia, pihak Bidang Perlindungan balai cagar Budaya (BPCB) sendiri tengah melakukan perekaman data untuk diteliti di laboratorium.
“Tapi ini masih dugaan yah, coba kita telusuri aliran air dari atasnya, apakah ini pembuangan drainase berkaitan dengan limbah permukiman ataukah memang terkait dengan persawahan dulu,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang, Hidayat mengatakan, lorong yang akan dibangun untuk saluran air tersebut bukan merupakan temuan baru. Menurutnya, Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang sudah mengetahui keberadaan lorong tersebut dan sengaja dilakukan peremajaan karena kondisinya saat ini dinilai sudah tidak laik dan menjadi penyebab banjir.
“Memang akan kami ganti dengan bahan dari beton berukuran lebih besar, karena saat ini kondisinya sudah tidak layak. Namun pemberitaan di media, saya rasa keliru. Sehingga kini banyak masyarakat yang penasaran dan ingin melihat lorong peninggalan penjajahan Belanda tersebut,” ujarnya.