Beranda News

Kangen Ibu, Tiga Bocah Gowes Sepeda dari Palembang ke Ciledug Tangerang

Kangen Ibu, Tiga Bocah Gowes Sepeda dari Palembang ke Ciledug Tangerang
Tiga bocah Muhammad Okta Firmansyah (15), dan adiknya, Muhammad Afrizal (13), serta Aslam Alamsyah (11), anak tetangga mereka di Tangerang, menggowes sepeda dari Ogan Ilir ke Ciledug Tangerang.

TANGERANG, Pelitabanten.com – Aksi nekat tiga bocah bernama Muhammad Okta Firmansyah (15), dan adiknya, Muhammad Afrizal (13), serta Aslam Alamsyah (11), anak tetangga mereka di Tangerang, tempuh jalur bukit, hutan dan lautan menggowes sepeda dari Ogan Ilir ke Ciledug Tangerang.

Pasalnya, perjalanan mereka bertiga lantaran kangen dengan Bapak dan Ibunya yang tinggal di daerah Ciledug Kota Tangerang. Diketahui, tiga bocah ini melakukan perjalanan dari rumah kakek dan neneknya, Iskandar dan Megawati di Jalan Merdeka, Lr Pangeran Marto No 167, Kelurahan 19 Ilir, Bukit Kecil, Palembang, pada hari Sabtu (24/6/2017) pukul 19.00 WIB.

Okta, yang merupakan kakak tertua, mengaku tak ngoyo (memaksakan diri) saat menempuh perjalanan itu. Kala malam tiba, mereka memilih beristirahat di SPBU dan melanjutkan perjalanan ketika matahari terbit.

“Kadang tidur di pom bensin, takut kan kalau malam banyak hutan, paginya baru berangkat lagi,” ujar Okta di Ciledug, Sabtu (1/7/2017)

Okta dan Rizal merupakan enam bersaudara. Adiknya masih kecil-kecil. Yakni, Jefri, Ridwan, Irham, serta si bungsu Gibran yang masih 1,5 tahun.

Tiga bocah tersebut tiba di rumahnya di kawasan Kelurahan Kereo, Kota Tangerang, pada Jumat malam (30/6/2017). Mereka menempuh perjalanan selama enam hari dari Palembang ke Tangerang.

’’Saya kangen sama orang tua,’’ katanya saat ditanya alasannya melakukan perjalanan nekat tersebut

Sebenarnya ini bukan perjalanan nekat pertama tiga bocah itu. Sebulan lalu Rizal, Okta, dan Aslam juga nekat ke Palembang. Mereka pergi ke rumah kakek dan neneknya tersebut dengan menumpang truk. ’’Kalau saya tahu pasti tidak akan saya perbolehkan,” ujar Sulastri, ibu Rizal dan Okta.

Ternyata, berpisah jauh dengan orang tua membuat mereka rindu rumah. Seminggu sebelum Lebaran, rasa kangen mereka semakin menggebu. Apalagi, banyak orang yang mudik ke kampung halaman masing-masing. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang.

Pada malam takbiran, niat untuk bertemu orang tua semakin besar. Rizal kemudian nekat meminjam sepeda BMX sepupunya untuk pulang. Mereka membawa bekal uang Rp 150 ribu.

”Uang itu tabungan hasil jualan tas kresek,” kata Rizal. Sayang, uang Rp 150 ribu hanya bisa digunakan untuk naik bus dan makan. Dari Palembang hingga Terminal Rajabasa, Lampung. Padahal, dari Terminal Rajabasa ke Pelabuhan Bakauheni, jaraknya masih jauh.

Lebih dari 60 kilometer. Jarak itu dia tempuh dengan bersepeda. Okta dan Rizal bergantian membonceng Aslam. ”Kalau sudah gelap, kami istirahat,” tuturnya.

Perut lapar selama di perjalanan harus ditahan. Pasalnya, uang tinggal sepuluh ribu rupiah. Uang itu untuk naik kapal. Ketiganya tidak mau mengemis. ”Sempat dikasih makan dan uang sama ibu-ibu. Lainnya saya ngamen,” cerita Rizal.

Banyak pengalaman seru yang mereka alami. Yang diingat adalah mereka dikejar anjing saat berada di tengah hutan. Mereka harus mengayuh lebih kuat lagi. Rizal yang membonceng Aslam pun ngos-ngosan. Namun tak pantang menyerah.

Kecelakaan kecil pun mereka alami. ”Kakak saya sempat jatuh di perjalanan. Saya dan Aslam sampai Bakauheni lebih dulu,” cerita Rizal

Sambil menunggu Okta, Aslam dan Rizal beristirahat di pos PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry. Saat itulah mereka bertemu dengan Rizki Dwianda, vice president services and assurance PT ASDP.

Berselang satu jam, Okta datang. Pertemuan di pos ASDP itu juga membuat ketiganya mendapatkan tambahan uang saku. Beberapa orang dari ASDP memberikan uang bekal untuk ketiganya.

Setibanya di rumah, Sulastri dan Muhammad Nasir, orangtua Rizal dan Okta, belum mendapat kabar bahwa anaknya pulang dari Palembang. ”Jam 01.00 ada rombongan bawa anak saya. Ada wartawan. Saya takut,” tutur Sulastri. Mereka pikir anak-anaknya membuat onar.

Setelah mendapat penjelasan, akhirnya perempuan 40 tahun itu paham. Air matanya meleleh ketika mendengar cerita anaknya. ”Kalau tahu, ya tidak bakal saya bolehkan (pulang dengan naik sepeda). Tapi, kalau kami harus nyusul ke Palembang juga nggak ada ongkos,” katanya.

Sementara itu, Aslam dan Okta tidak banyak cerita. ”Saya kapok,” ujar Aslam