LEBAK, Pelitabanten.com – Corak kain tenun dari suku Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, kini banyak dilirik oleh konsumen pecinta tenun tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, maupun dari mancanegara. Pasalnya, kain tenun Badui memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kain tenun lainnya di Tanah Air.
“Kami selama sepekan ini merasa kewalahan melayanan pesanan konsumen dari luar daerah,” kata Neng (40) perajin tenun Badui warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Sabtu (28/10/2017)
Selama ini, banyak konsumen dari berbagai daerah datang ke sini memesan 10 sampai 20 unit tenun Badui.
Selain itu juga banyak wisatawan yang membeli tenun Badui sekadar untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni.
Kebanyakan mereka para konsumen tenun Badui adalah kaum perempuan.
Meningkatnya permintaan tenun Badui setelah beberapa kali para perancang busana menampilkan fashion kain Badui di tingkat nasional hingga internasional.
Para perajin kain tenunan dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual.
“Biasanya, untuk mengerjakan kain dengan ukuran 3-2 meter persegi bisa dikerjakan selama sepekan”, katanya
Pengerjaan kain tenun sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia.
“Kami sangat terbantu pendapatan ekonomi keluarga dengan kerajinan kain Badui itu,” katanya.
Harga kain tenun dan pakaian batik Badui itu tergantung kualitas mulai Rp 70.000 sampai Rp 350.000 per busana.
Kepala Seksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Sutisna mengatakan pihaknya optimistis tenun Badui bisa mendunia setelah peragaan busana di London Fashion Week di Somerset House, London, Inggris.
Tenun Badui memiliki aneka warna dan motif, di antaranya poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).
Selain itu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.
Motif tenun Badui itu juga memiliki makna tersendiri disesuaikan dengan budaya mereka.
Karena keunikannya itu, desainer muda Amanda I Lestari menyertakan tenun Badui pada ajang peragaan busana tingkat dunia, London Fashion Week di London, Inggris. Saat ini perajin tenun Badui di kawasan masyarakat tradisional tersebut berkembang hingga ratusan perajin.
Kehadiran perajin tenun Badui itu tentu menyumbangkan pendapatan ekonomi dan menyerap lapangan pekerjaan.
“Kami terus membina sebanyak 200 perajin Badui dengan pelatihan-pelatihan juga menyalurkan bantuan peralatan produksi,” katanya.