Beranda News

Soal Polemik Bansos Dengan Penggiat Medsos, Anggota DPRD Lebak Fraksi PPP Musa Disarankan Verifikasi Kekeliruan Secara Publik

Soal Polemik Bansos Dengan Penggiat Medsos, Anggota DPRD Lebak Fraksi PPP Musa Disarankan Verifikasi Kekeliruan Secara Publik

LEBAK, Pelita Banten.Com – Komentar Anggota DPRD Lebak Musa Weliasnyah terkait dengan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau Bantuan Sosial (Bansos) di media sosial merupakan komunikasi politik yang kurang elegan.

Demikian diungkapkan oleh Penulis Tetralogi Politik: Politik Gender, Politik Identitas, Politik Era Digital, Filsafat Politik Agus Hiplunudin kepada awak media, Kamis (11/6).

“Saya fikir fenomena Musa terkait bansos bermula dari komunikasi politik yang kurang elegan, sebagai pejabat Publik dirasakan kurang bekomentar melalui media sosial sehingga menimbulkan ketersinggungan kelompok tertentu,” ujarnya.

Komunikasi politik Musa, dilanjutkan Agus kembali blunder ketika menyikapi pandangan aktivis sekaligus pegiat media sosial Nurjaya yang berbuntut panjang hingga pelaporan ke Polda Banten.

“Lagi-lagi hal ini seakan tidak dipertimbangkan secara matang, sehingga masalah ini terus bergulir yang saya amati berdampak buruk terhadap Saudara Musa itu sendiri,” ungkapnya.

Baca Juga:  Miris, Jambore Pemuda Banten Gunakan Panggung Kecil

Dirinya mengamati dan menyoroti polemik antara Musa dan Nurjaya terus mencuat hal itu terbukti dari informasi media yang beredar dan desas-desus ditengah-tengah masyarakat, hal ini harus terurai demi mengakhiri simbang-siur informasi yang beredar di masyarakat.

“Salah satu solusinya, Saudara Musa haruslah melakukan verifikasi secara terbuka kepada masyarakat adapun isi pesannya untuk menjelaskan kekeliruan selama ini,” ujarnya.

“Saya pikir mengakui kekeliruan bukanlah aib melainkan sesuatu yang terhormat. Jika kita berkaca pada komunikasi politik masyarakat Jepang mereka menganggap mengakui kekeliruan bagian dari hagra diri itu sendiri,” tambahnya.

Begitu pula dalam masyarakat Lebak yang notabene memiliki watak keterbukaan atau diistilahkan togmol (bicara apa adanya tanpa ditutup-tutupi) kalau merasa salah diakui salah dan jika merasa benar diakui benar.

“Menurut saya komunikasi togmol inilah yang harus ditempuh oleh Musa yang kemudian dapat diistilahkan sebagai verifikasi publik melalui saluran-saluran komunikasi yang ada. Tentunya hal ini haruslah memakai gaya komunikasi yang elegan”ungkap pria yang juga penulis novelis ini.

Baca Juga:  Bakal Jadi Bagus, Kali Mookervart Akan Ditata Disbudpar Kota Tangerang