Beranda News

Dalam Penanganan Bencana Media Berperan Tenangkan Masyarakat dari Hoax

Dalam Penanganan Bencana Media Berperan Tenangkan Masyarakat dari Hoax

KABUPATEN TANGERANG, Pelitabanten.com – Media dapat menunjukkan eksistensi, pencitraan dan simbol organisasi terhadap masyarakat terkait tugas kemanusiaan dalam penanggulangan bencana. Komunikasi merupakan inti untuk sukses dalam mitigasi, kesiapsiagaan, respon dan rehabilitasi bencana. Media mampu mempengaruhi keputusan politik, mengubah perilaku dan menyelamatkan nyawa manusia.

“Peran media dalam penanganan bencana sangat membantu guna menenangkan masyarakat dari pengaruh isu-isu hoax,” Kepala Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Harry Tirto Djatmiko ST mengungkapkan hal itu dalam seminar yang bertajuk ‘Bencana: Bagaimana Peran Media?’ yang digelar radio Heartline FM 100,6, Kamis 1 Februari 2018.

Bencana gempa bumi, kata Harry Tirto Djatmiko tidak bisa diprediksi soal waktu kejadiannya. Bencana alam tidak ada satu pihak ataupun orang yang dapat memprediksi. Tetapi tanda-tanda alam akan terjadi bencana itu bisa diamati. BMKG ada mendeteksi dini gempa, nah kalau prediksi gempa di seluruh dunia belum ada.

“BMKG hanya bisa mendeteksi gempa berdasarkan prekusor, namun soal waktu kejadiannya belum bisa memastikan. Bila ada informasi yang menyebutkan soal waktu akan terjadi gempa atau tsunami, itu dipastikan hoax, ” terang Harry.

Dikatakannya, BMKG melakukan penyebaran informasi selain melalui web, juga fesbuk dan Twitter. Ini guna hoax tidak terjadi. Ini perlu peranan dan dukungan media untuk menangkal hoax.

Kabid Humas Polda Banten, AKBP Zaenudin, dalam kesempatan itu mengupas strategi penanganan bencana.

Saat bencana gempa terjadi yang menggetarkan wilayah Banten beberapa hari lalu, terang Zaenudin jajaran Polda Banten bereaksi cepat terjun ke lokasi bencana memberikan bantuan. Atas perintah Kapolda, pasukan Brimob dan Sabhara diterjunkan ke lokasi bencana untuk membantu masyarakat.

“Ketika itu ada sejumlah wartawan yang mengirimkan foto kepada saya melalui WhatsApp, yakni masjid ambruk dan jalan raya terbelah. Seketika saya minta Kapolres di wilayah Polda Banten untuk menginventarisir kerusakan akibat gempa. Ternyata foto yang dikirim dari wartawan itu hoax, tidak ada di Banten bangunan masjid roboh dan jalan terbelah akibat gempa,” jelas Kadiv Humas Polda Banten, AKBP Zaenudin.

Diterangkannya, berita hoax sempat muncul yang menyebutkan akan terjadi gempa susulan dan bakal ada tsunami. Peranan media dalam keadaan darurat memberikan informasi yang akurat, menangkal hoax.

Ario Akbar Lombanya (BNPB) Mengajak media untuk membantu sosialisasi mengenai pra bencana. Masyarakat harus diberi pengetahuan lebih jelas oleh media bila terjadi bencana.

“Kita harus membangun budaya sadar bencana kepada masyarakat,” jelas Ario Akbar Lomban.

Jose Marwoto (First Responden Indonesia) mengatakan, informasi merupakan bantuan bagi korban bencana. Ia mencontohkan saat terjadi tsunami di Aceh. Ia mewawancarai Dori yang tengah kebingungan di tengah bencana.

Jose Marwoto menambahkan, ada satu kalimat yang terlontar dari Dori, “andai saat ini ada tivi atau radio, pasti kita semua tidak dalam kebingungan.”***

• Ateng Sanusih