PelitaBanten.com – “Pemilihan Gubernur kemarin milih siapa pak?” Tanyaku pada tukang ojeg sepeda di depan kantorku sambil menaiki sepeda yang siap Ia kayuh.
“Milih Fauzi Bowo Mas..” Jawabnya singkat sambil terengah mengayuh pedal sepeda berpenumpang tambun sepertiku.
“Kenapa milih Beliau Pak, gak milih yang lain…?”
“Ndak tau Mas, nyoblos aja, kebetulan Fauzi yang nomor satu..” Jawabnya masih terengah namun mulai melaju kencang di antara kendaraan bermotor yang berseliweran.
“Kemarin dapat uang dari calon gubernur pak?”
“Ndak Mas, saya tunggu-tunggu sampe siang tapi ndak datang juga.. Ya udah saya pilih siapa aja deh..”.
“Loh.. Memangnya kalau dikasih uang, bapak mau milih yang ngasih?”
“Ndak tau juga Mas.., mungkin milih, kan udah ngasih uang..”.
“Kalau bapak milih yang ngasih uang, jangan-jangan uangnya hasil korupsi pak?”
“Ndak tau juga ya mas.. Jadi saya harus milih siapa Mas?”
“Kalau dikasih uang, Bapak Ambil aja uangnya, lalu pilih sesuai hati nurani bapak.. Jangan pilih yang kasih duit Pak..”.
“Oh gitu ya Mas?! Tapi susah juga ya.. Hati saya gak ada yang sreg..”.
“Gini aja deh pak, nnti kemungkinan besar ada pemilihan tahap 2, kalau nanti bapak ada yang ngasih uang, jangan pilih yang ngasih uang ya Pak..!!”
“Iya mas, tapi kalau ndak ada yang ngasih uang, saya harus milih siapa?”
“Bapak sreg nya milih siapa?”
“Saya pengennya dapat uangnya Mas, terserah aja siapa yang saya pilih..”
“He.. He.. Klo gitu, kalo bapak gak dapat uang, bapak masuk ke bilik suara, lalu berdoa untuk diberikan petunjuk dari Tuhan untuk milih siapa..”
“Oh gitu ya Mas, klo gitu saya bisa Mas. Lantas, sampeyan milih siapa Mas?”
“Kalau saya orang Tangerang Pak, gak boleh nyoblos di Jakarta. saya milih berdoa, semoga yang terburuk tidak terpilih..”.
“Baiklah Mas, sudah sampe… Moga nnti sy dapat duit ya Mas, jadi gampang milihnya… Lalu, kalau ternyata saya dikasih duit sama dua-duanya gimana Mas?”
“He he gampang Pak, ambil uangnya, trus jangan pilih dua-duanya..” Ujarku sambil memberikan ongkos ojek padanya.
Di Bus kota ini, masih terbayang semburat senyum sumringah dari wajah sang bapak tua yang kini punya sedikit jurus yang bisa ia gunakan untuk memilih pemimpinnya.
Bapak Ojek sepeda adalah satu dari jutaan penduduk Jakarta yang punya hak memilih. Entah berapa banyak pemilih yang bingung harus memilih berdasarkan apa. Agak berat juga bagiku jika harus menjelaskan padanya bahwa pilihan harus didasarkan atas analisa program dan kebijakan yang disampaikan oleh setiap calon, alih-alih sang bapak memilih, ia malah pusing tujuh keliling.
Tidak Memilih mereka yang bayar, adalah paling mudah. Berdoa di dalam bilik TPS adalah bijak, tapi jangan-jangan setelah berdoa dia juga bingung lalu hitung kancing. Walah..!!!
Suka atau tidak suka, kita harus akui bahwa hidup adalah pilihan. Hari ini saja, kita sudah dihadapkan pada puluhan pilihan dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.
Saat Alarm berbunyi, kita bisa memilih langsung bangun tidur atau tidur lagi?. Lalu, mau mandi atau cukup cuci muka dan gosok gigi? Mau pakai baju yang mana? Mau sarapan atau tidak? Mau sarapab apa? Mau ke kantor lewat mana? Mau langsung kerja atau leha-leha? Kerjaan apa yang mau dituntaskan dulu? Mau diam atau berpendapat dalam meeting? Mau memberi pendapat apa dalam meeting? Mau pulang jam berapa? Mau makan malam apa? Mau tidur jam berapa? Mau bersedih, senang, semangat atau lesu menghadapi setiap masalah? Dan banyak lagi pilihan lain yang sangat kompleks.
Bersyukurlah bahwa kita manusia yang diberi kuasa untuk memilih, termasuk memilih untuk masa depan kita. Kita selalu diberi pilihan jalan untuk sukses atau gagal, keduanya memiliki konsekuensi masing-masing yang harus ditanggung. Seringkali pilihan gagal lebih mudah untuk dituruti ketimbang jalan menuju sukses. Tapi lagi-lagi pilihan ada pada kita, dan kita pula yang akan menanggungnya.
Selalu ada jalan untuk memperbaiki pilihan kita. Gagal atau sukses? Saat kita memilih gagal, maka kita akan dihadapkan pada pilihan Gagal atau sukses? Saat kita memilih sukses pilihan lain akan menghadang kita pada pilihan lain menuju gagal atau sukses. Itulah yang menjadi ujian hidup kita untuk selalu tetap konsisten di jalur sukses.
Atau sebagaimana tuturan Dr Shad Helmstette dalam bukunya CHOICE “The end result of your life here on earth will always be the sum total of the CHOICES you made while you were here.”
Jadi, hidup layaknya berlari marathon, kita akan selalu dituntut untuk menjaga stamina, semangat, dan ritme yang tepat, termasuk konsisten menjaga pilihan jalan yang kita tempuh. “Konsisten untuk tetap konsisten..” Ujar Jack Welch.
Untuk selalu konsiten dalam memilih jalur yang benar, setiap pilihan hendaklah melibatkan beberapa komponen, antara lain: kesadaran akal sehat, proyeksi jangka panjang, pertimbangan hati nurani, dan libatkan Tuhan dalam setiap langkah.
Kita tak dapat memilih untuk merubah arah angin, tapi bisa memilih untuk mengendalikan haluan bahtera.. LAUT yang TENANG tak dapat menciptakan PELAUT yang HEBAT… Bintang di langit selalu lebih indah setelah badai berlalu..
Saat MENTARI sembunyi, manusia KREATIF memilih untuk menCIPTAkan keindahan baru dengan WARNA cahaya lampu dalam kesejukan malam.
DAYA TAHAN dan ADAPTASI manusia terhadap MASALAH, jauh LEBIH BESAR dari yang kita kira.. Jadi, kenapa harus memilih untuk MENYERAH????
MENYERAH adalah hal TERMUDAH untuk dilakukan. Namun memilih untuk TERUS BERTAHAN ketika semua orang mengerti jika kita menyerah, itu LUAR BIASA…
Jadi, hidup adalah pilihan. !!! Dan
Saat kita terbangun besok pagi, Kebaikan dan perubahan apa yang sudah kita rencanakan untuk kita pilih? Selamat memilih..!!!
Oleh: Abdul Latief S Mulyadi @Bus Primajasa Jurusan Tj.Priuk-Rangkas.12 Juli 2012.
WTS: Writer Trainer Speaker. Penulis telah menerbitkan beberapa buku dan aktif di pengembangan sumber daya manusia, training public speaking, leadership, managemen, motivasi, dan beragam program lainnya bagi termasuk menyemai pengembangan para pelajar dan mahasiswa di Banten dengan program Early Leadership dan Early Motivaton.
follow twitter: @pondok_harmoni
Instragram : @abdullatiefku & @harmonydailyquotes