Beranda Budaya

Menjadi Tamu Istimewa di Acara Musik Anak Muda, Warga Baduy Cibeo: Kami Dilarang Adat Naik ke Panggung

Menjadi Tamu Istimewa di Acara Musik Anak Muda, Warga Baduy Cibeo: Kami Dilarang Adat Naik ke Panggung
H. Rubama, Ketua Dewan Kesenian Lebak, diapit oleh warga Baduy Cibeo, ayah Aldi (kiri) dan ayah Sarmin (kanan) saat menghadiri acara Malam Minggu Komunitas, Sabtu (25/2/2017)

LEBAK, Pelitabanten.com – Selalu ada yang berbeda di setiap acara ngejam bareng komunitas anak muda yang digelar di halaman parkir Gelanggang Generasi Muda (GGM) Ona, Rangkasbitung, Lebak-Banten, dari beberapa grup band yang tampil di panggung acara, hingga sekelompok remaja dan pemuda yang hadir menikmati suasana malam mingguan.

“Malam ini kita kedatangan tamu dari kalangan komunitas Tangerang, Bogor dan kelompok pecinta alam dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pengcab Lebak yang dipimpin langsung oleh ketuanya, Erin Muhajirin. Dan yang tak diduga-duga kita kehadiran tamu istimewa, dua orang warga Baduy Cibeo”, terang Ugas selaku penanggungjawab acara. Sabtu (25/2/2017)

Kedatangan dua orang warga Cibeo, Ayah Aldi dan Ayah Sarmin (sapaan ayah biasa dipakai oleh anak muda Rangkasbitung kepada warga Baduy Dalam: red) merupakan kunjungan balasan kepada komunitas pecinta alam FPTI Lebak yang sebelumnya telah berkunjung ke daerah Baduy Dalam jauh sebelum masa Kawalu.

(saat ini sedang berlaku Masa Kawalu 1 Januari-30 April 2017, masa larangan bagi wisatawan untuk berkunjung ke Baduy Dalam: red). Seperti yang disampaikan oleh Auk, “Kedatangan Ayah Aldi dan Ayah Sarmin ke sekretariat FPTI, karena mereka telah berjanji akan berkunjung menemui kami, karena sebelumnya kami telah berkunjung ke Cibeo dan telah lama kami menjalin keakraban dengan mereka”, katanya.

Malam Mingguan Komunitas untuk kali ke-20 ini juga dihadiri oleh Ketua DKL (Dewan Kesenian Lebak), H. Rubama yang selalu mendorong agar kegiatan yang sangat positif ini jangan sampai terhenti oleh suatu alasan hanya karena biaya yang terbilang minim. “Dalam hitungan kebutuhan normalnya saja, acara seperti ini rasanya sangat tidak relevan jika ditunjang oleh anggaran yang sangat terbatas.

Kita bisa hitung berapa kebutuhan yang dikeluarkan apabila harus menyewa sound system dan alat-alat musik serta perangkat penunjang lainnya. Belum lagi kebutuhan konsumsi panitia penyelenggara yang melibatkan tidak kurang 25 orang”, kata Ketua DKL dalam perbincangan dengan jurnalis pelitabanten.com di sela-sela acara. Lebih lanjut ia mengatakan, “Tapi saya percaya teman-teman KPJ akan terus bekerja dengan semangat. Karena acara ini mulai semakin diminati kalangan anak muda. Terbukti setiap malam minggu selalu ramai dengan pengunjung yang sengaja datang mencari hiburan.

Saya berharap semoga ada tambahan biaya baik dari kalangan swasta maupun pihak-pihak yang peduli dengan pengembangan kreatiftas anak muda di Lebak”, imbuhnya.

Panggung Malam Minggu Komunitas selalu meriah diisi oleh musisi yang memiliki talenta. Selain bernyanyi, ada juga pembacaan puisi. Grup band Reggae, Rock and Root asal Bogor-Tangerang menjadi bintang tamu yang membuat pengunjung terkesan oleh permainan musiknya yang memukau. Saat ketika MC mencoba mengajak salah seorang warga Baduy asal Cibeo naik ke atas panggung untuk sekedar berbincang-bincang, Ayah Sarmin memberi alasan, “kami tidak boleh naik ke panggung, dilarang olah adat”, katanya.

Meski begitu ia mengaku sangat senang dan merasa terhibur karena jarang sekali menyaksikan acara seperti musik Malam Mingguan ini. Panggung musik pun terus mengalir hingga akhirnya sajian musik reggae dari grup band Lobaloby’Dread yang beraroma Tony Q Rastafara menjadi puncak keceriaan Malam Minggu Komunitas.